Mohon tunggu...
Mr. aBc
Mr. aBc Mohon Tunggu... Guru - Salam Gloria

🔛🖋️📝🖋️Goresan artikel sederhana. Mencoba berjiwa dan bersemangat sebagai guru muda. Di Era New Normal. Proses mencari dan menjadi inspirasi✍️ Sahabat Literasi: SMPK Santo Mikael - Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gentong Berselendang Biru

15 Juni 2020   00:07 Diperbarui: 15 Juni 2020   03:12 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air Cinta di Bukit Menoreh: Saling Mengisi & Melengkapi (Dokpri)

Kemaraumu adalah kemarauku, sayang
Keringmu adalah keringku, sayang
Hausmu adalah juga hausku
Lelahmu pasti juga lelahku

Sayang...air kita tinggal sedikit, sudah menipis
Lekaslah berpacu, jangan berpeluh menangis
Telanjangi kakimu, lepaskan alasku
Rasakan hangatnya tanah liatku

Cengkramlah liatnya tanah licin berlumpur
Cengkramlah licinnya jalan menurun, penuh lumpur
Tujuan kita sudah dekat, memanggil manja di bawah sana
Berselimut lumut, dingin berkabut, jernih merona

Bersama, kita nikmati dinginnya mata air cinta
Bersama, kita nikmati sumber air bahagia
Biarlah, ku penuhi gentong air cintamu
Tunggulah sesaat saja, ingin aku berjalan basah disampingmu


Peluk erat aku dengan selendang biru tuamu
Ikat erat aku dengan simpul-simpul cintamu
Naiklah, cengkram erat tanah liat menantang
Kuatlah, tujuan kita sama, biarlah tanganku menopang

Berapa kali, berapa lama lagi selendang biru tua itu memelukku
Berapa lama lagi kita harus bertelanjang kaki, dingin membeku
Ah....aku sudah lelah, biarkan ku lepaskan penatku
Biarlah aku sejenak melepas lelah, biarkan mengering selendang biruku
Lihatlah.....airmu dan airku sudah cukup banyak

Sayang, istirahatlah...kita sudah terlalu lelah dan basah


Sidoarjo, 15 Juni 2020

Yangkung + Yangti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun