Saat ini banyak dijumpai warkop, dan nongkrong di warkop dengan fasilitas wifi menjadi sebuah trend tersendiri bagi para pecinta kopi. Warkop memang sudah menjadi budaya bagi kaum pria. Namun seiring dengan adanya wabah virus Corona (Covid 19), dan diterapkannya phsycal distancing (PSBB), berimbas kepada budaya nongkrong di warkop. Bahkan karena adanya aturan untuk memutus rantai penyebaran virus, warkop harus tutup untuk sementara waktu.
“Ojo nganti kerjamu, ngganggu ngopimu” (jangan sampai pekerjaanmu, mengganggu waktu minum kopimu), sebuah slogan unik yang tertulis di sebuah warkop yang sering saya kunjungi. Iklan warkop yang cukup nyentrik untuk menarik para pecinta ngopi. Nongkrong di warkop, bagi saya pribadi bukan suatu rutinitas/keharusan. Namun, kadang saya lakukan saat membutuhkan waktu khusus untuk mengerjakan beberapa hal/membuat suatu konsep. Prinsip yang saya pegang: lakukan diluar jam kerja, tetap produktif dan disiplin saat jam kerja.
Terkadang, ide-ide kreatif akan muncul bersama suasana khas warkop. Hanya duduk santai, minum kopi atau es teh, dan numpang wifi gratis adalah hal yang hampir tidak pernah terjadi. Ada laptop yang selalu setia menemani untuk berkarya. Kisah tersebut terjadi saat keadaan masih berjalan normal, tidak seperti kondisi saat ini. Dimana kegiatan belajar mengajar (KBM) harus dilaksanakan oleh guru dan siswa di rumah masing-masing.
Dampak virus Covid 19 membuat proses kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka ditiadakan dan diganti belajar dalam jaringan (daring). Dimana para guru harus benar-benar memiliki tanggung jawab moral dalam memberikan materi. Istilah daring bisa diartikan sebagai berikut:
- D: Dalam jaringan
- A: paham Aplikasi dan penggunaan serta tidak gaptek
- R: Rasional dan Realistis
- I: Inovasi
- N: Network atau Jaringan
- G: Gagasan dan Gaul
Guru sebagai pendidik serta orang tua sebagai pendidik pertama dan utama di rumah adalah role model dari pendidikan karakter dan pendidikan moral. Nilai-nilai pendidikan karakter harus muncul dari seorang guru dan orang tua, agar menjadi figur andalan dan teladan bagi anak-anak/siswa. Kontribusi guru dan orang tua tidak dapat tergantikan. Untuk itu, masing-masing perlu untuk tetap meningkatkan kompetensi agar dapat menghadapi berbagai tantangan dan keadaan.