Mohon tunggu...
Asron Da Finsie
Asron Da Finsie Mohon Tunggu... Local Civil Government -

Mengisi waktu luang dengan menulis sepulang kerja aplikasi penglihatan mata, hati dan telinga terhadap lingkungan sekitar untuk perubahan kehidupan yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

AKBP Untung Sangadji, Protes yang tak Dianggap

10 April 2016   02:43 Diperbarui: 10 April 2016   02:51 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="©2016 merdeka.com/al amin"][/caption]Menarik, ketika membaca tulisan sdri. Roesda Leikawa mengungkap sosok AKBP Ir. A. Untung Sangadji seorang Perwira Menengah Polri yang sempat menghebohkan dunia dengan aksi heroiknya di Sarinah Jl. MH Thamrin(14/1) lalu. Beginilah Sosok AKBP Untung Sangaji yang Sebenarnya.

Ada catatan tersendiri yang saya tertarik dari tulisan itu yang menyebutkan bahwa AKBP Ir. A. Untung Sangadji dilamar oleh Pemerintah Indonesia untuk mengabdi pada Negara sebagai seorang Polisi karena memiliki beberapa keahlian yang sudah terlihat sejak menjadi Menwa di Universitas Pattimura, misalnya ketrampilan Bela Diri dan merakit Bom.

Ketertarikan saya lebih mengarah kepada apa yang ada difikiran dengan fakta yang terlihat diseputar sendiri. Ada banyak yang terlihat tapi tersamar, ketika seseorang yang dengan rela dan tulus mengabdi kepada Negara atau istilahnya bela negara tidak pernah tersentuh untuk mendapatkan sekedar reward penghargaan dari atasan atau siapa saja yang memang berhak untuk memberikan itu. Perbuatan mereka malah tidak terlirik atau dilirik sama sekali oleh atasannya, apalagi tidak pernah tercium oleh media massa tentu akan hilang tersapu seiring perobahan waktu dan zaman.

Kritikan yang dilontarkan oleh AKBP Ir. A. Untung Sangadji ini, jelas peran media massa yang sangat berarti. Tanpa peranan itu tidak akan muncul pernyataan bernada protes ini kepada publik dan saya agak terperanjat karena tidak lazimnya apalagi seorang Perwira di Institusi Kepolisan yang sudah kita ketahui akan selalu menjunjung kepatuhan dan loyalitas kepada atasan atau pimpinannya (Kapolri). 

Tetapi ketika fikiran saya dihubungkan dengan kalimat dilamar oleh Pemerintah Indonesia untuk menjadi seorang Polisi, arti yang ditangkap bahwa pendidikan kepolisian yang diterima bukan dari basic awal seperti lazimnya ketika seorang Polisi diterima menjadi Polisi. Sederhananya, basic doktrin atau nol doktrin untuk melepas doktrin sipil yang melekat sebelumnya dan masuk kepada doktrin kepolisian, tidak dilalui secara lazim atau normal. Dan kebiasaannya juga personil keluaran baik dari Kepolisian maupun Tentara yang tidak melalui nol doktrin ini tidak akan ditempatkan untuk memimpin satuan yang langsung berhubungan dengan masyarakat ataupun satuan-satuan yang sifatnya sangat strategis. Namun ada juga pengecualian yang personil tersebut berhasil ketika ditempatkan memimpin satuan tersebut, semisal Kapolsek atau Danramil. Personil yang diterima melalui jalur ini biasanya keluaran dari Universitas atau Sarjana.

Dari paparan ini, apakah maksud mempublikasikan kritikan atau protes ini sebagai bagian dari tahapan antara untuk mencapai tahapan inti yang strategis, contoh keinginan mencalonkan diri menjadi KADA pada tanah kelahiran. Atau memang sebagai bentuk murni kekecewaan dari diri pribadi yang kebetulan saja seorang Polisi. 

Jika ini adanya, maka sudah sepantasnya para pimpinan Institusi manapun untuk mendiskusikan perihal yang terlihat sederhana ini namun ketika terbeber ke media massa akan mencoreng muka pimpinan itu sendiri, akan membuat rekam jejak menjadi list berwarna yang selama ini hanya berwarna putih bersih nan suci menjadi kuning jika tidak mau disebut hitam. Dan tidak ada salahnya juga toh., jika sang pimpinan dengan senang hati sedikit membuat hati bawahannya yang berprestasi menjadi bangga dan akan menjadi cerita sampai ke anak cucunya kelak dikemudian hari, tapi ini jika pemberian reward dilakukan dengan tulus ikhlas dan jika pemberian reward terkait dengan politis karena dianggap kasus yang ditangani sebagai kasus biasa, sepertinya terlalu lama untuk memanggil bicara empat mata dari hati ke hati dengan bawahan (Untung Sangadji) sehingga sampai muncul pemberitaan bernada kritik protesan tersebut.

Akhirnya, bravo kepada Kepolisian sebagai pembela Negara. Terkhusus pada AKBP Untung Sangadji, terus tampilkan karya terbaik bagi Bangsa dan Negara, percayalah anda adalah Pahlawan dihati kami. Untuk Pak Kapolri, rangkul terus anak-anaknya yang tentu akan mempunyai beragam sifat dan karakternya. Salam takzim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun