Perkembangan terbaru kasus baladacintarizieq.com tersiar berita bahwa si Irfan Miftach atau Miftachul Irfan Santoso nama lengkapnya mengatakan bukan dia pemilik situs tersebut dan dia telah melaporkan ke Polisi pemilik akun facebook atas nama Aulia Tunnisa karena menyebarkan bahwa dia adalah pemilik situs tersebut. Kompas.com, 13/06/2017.
Perjalanan proses penyidikan atas kasus ini seperti semakin kusut saja atau memang telah dibukakan secara perlahan oleh Tuhan YME yang akan menunjukan siapa yang salah dan siapa yang benar. Ketika si Irfan ini telah berani tampil dimuka publik dengan gagah berani tersebut, pertanyaan publik pun muncul, rupanya bukan dia aktor dibalik kasus ini. Belum lagi BIN juga sudah mengklarifikasi bahwa Alamat IP Address situs itu memang alamat kantor mereka di Pejaten Jaksel. Tapi bukan mereka yang membuat situs itu. Publik pun berdecak, rupanya bukan pula BIN yang menjadi aktor kasus ini. Dan saya pun berdecak kagum betapa begitu pandainya aktor intelektual yang merekayasa kasus ini (andaikan ada).
Jika kasus ini memang hasil rekayasa, itu berarti telah mengarahkan bahwa si Habib RS tidak bersalah, tapi ketika kasus ini bukan hasil rekayasa, bisa jadi si Habib RS yang bersalah dan ketika ini benar, artinya si Habib RS terpeleset tak ubahnya dengan mantan Gubernur DKI, Pak Ahok. Ini sangat manusiawi, tidak ada yang bisa menjamin setiap manusia untuk tidak terpeleset prilaku hidup kesehariannya di masyarakat duniawi ini, tidak terkecuali si Habib RS yang juga masih manusia.
Menilik perjalanan berita terhadap kasus tersebut, sebenarnya sudah mulai tercium siapa aktornya. Cuma memang tidak segampang dan segegabah untuk mengatakannya dan juga yang berhak untuk itu adalah Pengadilan. Publik hanyalah mengawal kasus yang sudah keburu dipaparkan kepada publik ini. jika si Habib memang sengaja dikorbankan untuk persembahan kepada Raja, berarti kasus ini dianggap besar karena ini mengarah kepada hak hajat hidup orang, seorang Tokoh pula. Pertanyaannya apakah si Raja marah karena merasa terusik dan terganggu dengan niatan-niatan si Tokoh ini untuk mengubah haluan dasar Kerajaan dan ini menyangkut kenyamanan hidup sang Raja selanjutnya.Â
Hanya proses waktulah yang bisa menjawab, sementara ini klue-klue yang teramati oleh Publik seperti kiasan persembahan kepada sang Raja diatas sudah mulai tampak, cuma itu tadi, yang berhak menentukan bersalah atau tidak adalah Pengadilan. Dan jika memang si Habib RS yang bersalah, lantas jangan pula dianggap beliau mewakili umat, itu karena kesalahannya sendiri yang terpeleset kedalam lubang Neraka Dunia.
Tulisan ini terasa gencar menggiring kasus balada cinta terlarang ini, dimaksudkan sebagai pengawalan agar kasus ini terang benderang dan jangan sampai menjadi stigma publik yang menganggap keinginan Umat Islam khususnya dalam usungan tema Khilafah menjadi dianggap menghalalkan segala cara. Sebagai Agama Rahmatan lil alamin, Rahmat bagi seluruh alam mesti harus diingat. Bukannya sebagai sumber kerusakan bagi seluruh alam. Semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H