Mohon tunggu...
Asron Da Finsie
Asron Da Finsie Mohon Tunggu... Local Civil Government -

Mengisi waktu luang dengan menulis sepulang kerja aplikasi penglihatan mata, hati dan telinga terhadap lingkungan sekitar untuk perubahan kehidupan yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompas, Masihkah Mencerdaskan Warga?

1 Juli 2017   12:50 Diperbarui: 4 Juli 2017   09:41 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harian Kompas telah berumur 52 tahun. Sebuah bilangan umur yang tidak muda lagi walaupun terkadang jika diibaratkan dengan manusia tidak terlalu suka disebut dengan Tua. Sebagai pengertian dari kata Kompas yang artinya 'penunjuk arah' yang sangat berguna apalagi jika kita berada di hutan belantara. 

Sewaktu masih aktif di kelompok pecinta alam fakultas dahulu, kami tentulah tidak pernah lupa membawa kompas jika harus bepergian mendaki gunung yang lazimnya pasti ketemu dengan hutan belantara sebelum kita sampai ke puncak gunung idaman. Jika kompas kita tinggalkan, seringlah kita hanya meraba-raba arah jalan yang dilalui dan ini bisa 'berabe' karena perkiraan waktu tempuh menuju puncak gunung yang molor dan resikonya ada di kekuatan fisik serta perbekalan yang dibawa, semua bisa berkurang dan menipis dan ini artinya nyawa kita akan terancam.

Itu dalam artian 'Kompas' secara fisik. Ketika dikorelasikan dengan sebuah nama surat kabar (Newspaper) di percaturan sebagai bagian dari beberapa media yang ada di Indonesia. Itu juga yang menjadi harapan dari para punggawa pendiri Media Kompas 52 tahun silam. Sebagai petunjuk arah agar masyarakat umum pembacanya menjadi lebih cerdas dan mempunyai wawasan yang luas serta memberikan manfaat dalam hidup kehidupan keseharian.                  

Beberapa tahun yang lalu ketika mencoba-coba menulis di harian lokal daerah kami, sering harian Kompas (Koran cetak) nya saya jadikan salah satu referensi untuk bahan tulisan dengan yang pasti tidak lupa menuliskan sumbernya harian Kompas, walau terkadang untuk mendapatkan koran Kompas ini sore hari baru ada di toko buku langganan karena memang korannya masuk/tiba ke kota kami sore hari yang dikirim melalui pesawat terbang dari Jakarta via bandara di Bengkulu, jarak tempuh perjalanan darat ke kota kami cuma 4 jam, jika via bandara Palembang memakan waktu sekitar 6-7 jam perjalanan darat. Walau agak telat yang penting masih bisa baca.

Dizaman kecanggihan IT saat ini, melihat berita kompas tidak harus menunggu lama karena ada media onlinenya, kompas.com dan sekarang terlihat yang edisi cetak sepertinya hanya ada di lobby-lobby hotel saja atau di rumah pejabat-pejabat saja yang tampak, sudah agak jarang melihat koran cetak ada dirumah-rumah warga (maaf.. ini mungkin tidak valid), contohnya dirumah saya sendiri..hehe.

Satu lagi, ketika teman-teman dan ada isu yang mengatakan bahwa 'Kompas' adalah kepanjangan dari Komando Pastur. Mereka bilang untuk apa repot-repot membaca atau berpartisipasi kepada Media Kompas baik cetak maupun onlinenya, karena mereka itu punya misi sebagai satu kesatuan komando Pastur sedangkan anda orang Islam.

Namun dalam benak saya, itu semua tidak benar sampai sejauh yang saya lihat dan tangkap selama ini. Berita-berita maupun informasi yang disajikan Media Kompas bersifat umum  tidak memfocuskan diri hanya ke agama tertentu (Nasrani/Kristen) saja. Sajian selalu berdasarkan info dan sumber yang valid dan saya mohon maaf juga ketika artikel saya yang menyoroti Isu Teroris pada kejadian di Polda Sumut dengan perkiraan bahwa media terlalu buru-buru menstigmakan ada teroris pada kejadian itu ternyata saya salah kira. Berita dugaan teroris itu ternyata memang sebegitu adanya alias benar.

Bagi saya, ketika Media Kompas berada pada rel nya sebagai media umum yang ikut mencerdaskan pembacanya tanpa keterkaitan dengan agama tertentu juga partai politik tertentu, selalu bersikap profesional, menyajikan berita yang akurat dan berimbang tanpa memihak pihak manapun, maka semua Stigma sebagai Komando Pastur tersebut tidak sesuai untuk dilekatkan dan disematkan kepada Media Kompas (Cetak/Online). 

Dan yakinlah.., ketika memang jika Media Kompas keluar dari jalur profesionalnya atau keluar dalam kalkulasi bisnis profesionalnya, atau keluar dari misi mencerdaskan seluruh warga, maka jangan harap Media Kompas akan tetap dilihat dan dibaca oleh penggemarnya, jangan harap kami semua akan tetap terus tertarik dengan berita dan informasi akurat dan terpercayanya, itu saja.

Selamat Ulang Tahun Kompas ke 52. Semoga diusia saat ini semakin akurat, tajam, terpercaya dan netral dalam pandangan semua warga. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun