Pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla sudah bangkrut. Dalam terminologi bahasa maupun agama, jika kehidupan suatu masyarakat hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka masyarakat tersebut disebut sebagai masyarakat yang bangkrut. Ini menurut Pengamat ekonomi dari Pusat Kajian Ekonomi Politik UBK, Salamuddin Daeng, Pos Metro, 30 Maret 2016.
Menurutnya, dalam kepemimpinan rezim Jokowi-JK, rakyat tidak sanggup lagi ‎membayar pajak yang dipaksakan oleh pemerintah. Tahun 2015 pendapatan penerimaan pajak pemerintah hanya mencapai 81,5%. Ini merupakan yang terburuk dalam 7 tahun terakhir, atau lebih buruk dibandingkan Era sebelumnya atau merupakan pencapaian penerimaan pajak terendah.
Lain pendapat pengamat ekonomi tersebut, lain lagi pendapat para komentator dalam media online pos metro itu, beragam kalimat muncul dan yang menarik, "Jangan bangkrut. Jangan jual tanah Indonesia, karena NKRI HARGA MATI". Mesem-mesem ketika membacanya, kok gampang menjual tanah pada saat kondisi seperti sekarang ini.
Tapi itu ragam pendapat dalam Negeri Demokrasi ini, pun termasuk pendapat saya ini dengan tema Nawacita, 9 Agenda Sebelum Kebangkrutan Menjelang :
Sekarang.. coba kita mikir apa yang sebaiknya dilakukan Presiden, antara lain :
1. Membenahi kebijakan-kebijakannya yang mungkin kurang membumi alias masih sekedar angan-angan belaka,
2. Penerimaan Negara bukan hanya dari pajak saja, coba gali sektor lainnya, misalnya : sektor pariwisata, dsb.
3. Benahi manajemen "blusukan" yang mungkin hanya bagus di permukaan saja tapi jelek pada action yang sering "menelanjangi" bawahan sendiri, padahal tanpa bawahan apakah beliau Presiden bisa mengerjakannya langsung secara tehnis,
4. Jangan suka membuat pernyataan-pernyataan yang tidak urgen (cocok) untuk kapasitas seorang Presiden,
5. Biarkan bawahan bekerja sesuai kreatifitas masing-masing, jika salah barulah diganti,
6. Tidak perlu cari populer lagi karena beliau Presiden sudah sangat populer, yang penting mendalami bagaimana sebuah manajemen yang baik dan berhasil seperti manajemen sebuah Perusahaan yang bisa meraup laba besar dengan jujur,
7. Ukur keberhasilan indikator manajemen kebijakan dengan kriteria yang jelas menggunakan ilmu pasti jangan ilmu politik,
8. Gunakan semua "power" sebagai Presiden untuk menata Negara ini dengan Tegas,
9. Luapkan kemarahan hanya pada saat sedang sendirian, jangan didepan publik, atau luapkan kemarahan dengan bernyanyi sekencang-kencangnya dipinggir pantai.
Yang nomor 9 tampaknya mengarah pada Revolusi Mental, perubahan mental untuk bersabar bahwa memang manusia itu mempunyai perilaku yang tidak akan sama antara satu dengan yang lainnya seperti sidik jari yang tidak akan sama pada setiap manusia. Begitupun perilaku kepemimpinan tidak akan sama persis diantara pemimpin. Dan itu boleh-boleh saja karena itu tipe kepemimpinan masing-masing. Contoh kepemimpinan yang baik dan berhasil juga sudah banyak kita lihat dalam sejarah pada zaman Khalifah misalnya, tinggal lagi bagaimana pola perilaku pemimpin kita bisa mencontoh atau setidak-tidaknya memirip-miripkanlah dengan contoh-contoh keteladanan para pemimpin dalam sejarah tersebut.
Ini hanya sekedar pendapat pribadi dan silakan anda melontarkan pendapat masing-masing. salam takzim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H