Mohon tunggu...
Arfino Irtondo
Arfino Irtondo Mohon Tunggu... Narator, Penulis, Aktor, Pengisi Suara, Penyiar, Terapis bekam/pijat refleksi -

Anti basa-basi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kubah-nya Ahmad Tohari; Dari Banyumas ke Mexico

10 Juli 2015   23:35 Diperbarui: 10 Juli 2015   23:35 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novel KUBAH yang ditulis oleh novelis Banyumas Ahmad Tohari, baru-baru ini terbit di Mexico dalam bahasa Spanyol. Karya sastra yang pertama kali terbit pada tahun 1980 itu telah mengalami beberapa kali cetak ulang di Indonesia. Kubah juga pernah dinyatakan sebagai novel terbaik oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1981 melalui penghargaan Yayasan Buku Utama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol dan diberi judul El regrese de Karman, novel KUBAH sudah lebih dulu diterjemahkan ke bahasa Jepang pada tahun 1993.

Menurut penerjemahnya, Fernando Octavio Hernandez dan Evi Yuliana Siregar (dosen UI yang sedang mengajar di Universitas Mexico), penerbit El regrese de Karman adalah  El Colegio di Mexico. Karya sastra ini diterbitkan untuk melengkapi kebutuhan bahan ajar di pusat studi Asia dan Afrika di universitas tersebut. Evi Yuliana juga mengatakan buku karya terjemahan itu akan ikut disertakan pada Pameran Buku Frankfurt bersama seluruh karya Ahmad Tohari pada bulan Oktober yang akan datang.

Bagi para penerjemah, KUBAH menarik untuk diterjemahkan ke bahasa Spanyol dan menjadi bahan kajian karena isinya menarik. Novel ini  melukiskan dimamika politik komunis di tingkat pedesaan antara tahun 1960 sampai dengan tahun 1965 yang berujung pada tragedi nasional paling di Indonesia.

Menariknya novel sejarah ini diawali dengan kisah kembalinya Karman (le regrese de Karman) dari pengasingan tahanan politik di Pulau Buru. Kepulangan Karman hampir ditolak oleh warga kampungnya andaikan seorang tokoh bernama Haji Bakir tidak mengingatkan orang sekampung bahwa Tuhan pribadi adalah Zat yang Maha Pengampun dan Penyayang. Karena ruh novel seperti inilah yang membuat Abdurrahman Wahid memberi komentar yang tertera pada sampul: KUBAH berisi gagasan besar rekonsiliasi pasca peristiwa tragedi 1965 yang ditulis paling awal yakni tahun 1979 dan terbit dua tahun kemudian.

 

Sumber: Dokumen Ahmad Tohari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun