Mohon tunggu...
Arfin Rahmat
Arfin Rahmat Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hiduplah Indonesia Raya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Seleksi CPNS Online (?)

10 September 2014   19:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:05 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sejatinya sangat mendukung langkah Pemerintah yang melaksanakan tes CPNS secara online. Begitu besar harapan saya semoga langkah ini dapat mengurangi kebobrokan dalam perekrutan aparatur sipil negara. Namun, setelah mendengar dan menyaksikan sendiri betapa sulitnya melakukan registrasi tes CPNS, harapan saya buyar seketika. Mungkin inilah makna ungkapan bijak "berani berharap berani kecewa".

Adik saya yang sudah 2 tahun lulus kuliah, selama ini tak begitu berminat menjadi PNS. Alasannya seleksinya tidak objektif dan jauh dari transparansi (selain karena gaji PNS juga kecil). Tapi begitu mendengar bahwa tahun ini tes PNS dilakukan secara online, dia tertarik untuk mencoba (juga karena desakan orang tua (???) ).

Sang adik lantas mengakses situs penitia seleksi, hendak mendaftar ke salah satu kabupaten di daerah kami. Hasilnya?...... Dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore situs tak bisa diakses. Berpikir karena traffic ke server panitia yang begitu padat, dia coba akses lagi pada malam jam 9, dan berhasil. Pendaftaran berlanjut. Setelah membaca semua petunjuk, peringatan, arahan, larangan, persayaratan, anjuran, dan aliran proses di website itu, dia mengisi data umum yang mewajibkan peserta untuk mengisi Nama, NIK, e-mail, Tempat/tgl lahir, pembuatan password dan instansi yang dilamar. Masalah timbul saat dia akan mengisi drop down list Instansi yang dipilih, nama instansi yang diminatinya tak muncul. Padahal sudah jelas dicantumkan di menu status jadwal pengumuman instansi bahwa instansi minatan sang adaik sudah dan sedang membuka pendaftaran. Pikiran positif muncul lagi. Mungkin servernya padat.

Besok paginya, setelah shalat subuh, dindaku itu mencoba lagi. Hasilnya? Tetap sama. Nama instansi idaman tak muncul, bahkan sampai jam 11 siang.

Kuhibur dia dengan mngatakan bahwa mungkin datanya sedang di-update. Jadi , coba lagi nanti.

Apa jawabannya?

"Lebih baik kembali aja ke manual, karena nampaknya ada sebagian orang (di pemerintahan sana) yang tak ingin bangsa ini lebih baik"

Berpikiran maju memang mudah, mengajak orang berpikiran maju itu yang sulit

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun