Saya perlu menginformasikan terlebih dahulu, bahwa tulisan ini tulisan ringan yang serius. Sekadar menceritakan kelas virtual seri menulis humor, yang diselenggarakan oleh Alif.id. Jika tidak tertarik, Anda jangan memaksakan diri untuk lanjut membacanya sampai tuntas. Konon, hanya orang yang sudah terlatih berpikir secara objektif, yang terbiasa membaca sampai tuntas.
Awal cerita, saya mengetahui informasi tentang kelas ini dari mas Hamzah Sahal. Beliau langsung yang membagikan flyer acaranya kepada saya.Â
Selanjutnya, atas informasi yang tertera pada flyer tersebut, ternyata kelas virtual ini dikhususkan untuk santri pondok pesantren. Selain itu, kuota pesertanya pun ditentukan maksimal sebanyak 30 orang.Â
Berdasarkan amatan saya, mereka yang telah terdaftar mengikuti kelas ini berasal dari beberapa pondok pesantren ternama di Indonesia. Antara lain dari Pesantren Mahasiswa Alhikam Depok, Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta, Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo, dan saya pribadi dari Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo.
Habituasi mas Hamzah dalam menulis humor yang melatarbelakangi beliau memprakarsai kelas menulis ini. Apalagi faktanya, orang yang menekuni bidang ini masih terbilang belum banyak. Bahkan, beliau mengaku menjadi satu-satunya orang yang menulis humor selama menjadi jurnalis di NU Online pada rentang tahun 2010-2015 silam.
Padahal, menurut beliau, menulis humor itu penting dilakukan karena tiga argumentasi. Argumen pertama, humor adalah cara mendokumentasikan budaya yang bersifat dinamis dan datang silih berganti. Argumen kedua, humor berfungsi menggali perspektif yang unik dan baru dari kejadian sehari-hari. Argumen ketiga, humor ditulis agar menjadi ilmu.
Di sisi lain, menulis humor juga mengandung banyak manfaat. Di antaranya, yaitu untuk hiburan, menjadi katarsis (pengendur ketegangan mental atau kelegaan emosional), pendongkrak inteligensi, dan sebagai sarana informasi yang enak diterima.Â
Demikian manfaat-manfaat menulis humor yang dipaparkan oleh bapak Tri Agus Susanto. Sosok founder TASS Bukan Kantor Berita itu ditabalkan sebagai 'dosen tamu' pada pertemuan perdana.
Sebagaimana maklumat awal mas Hamzah, kelas menulis humor ini semula diagendakan terdiri atas empat kali pertemuan. Pertemuan pertama telah membahas literasi seputar menulis humor. Lalu, agenda untuk pertemuan kedua ialah menulis humor itu sendiri, spesifik materinya berupa etika humor. Mengingat segmentasi humor yang bermacam-macam, maka etika dalam menulis humor menjadi penting dimafhum.Â
Sedangkan agenda pada pertemuan ketiga dan keempat secara berurutan, yaitu menulis apapun dengan menyisipkan humor di dalamnya, serta tentang berjejaring. Sekalipun akhirnya, sesi kelas ini ditambah dengan pertemuan kelima atau terakhir malam kemarin (23/11/2020).