Mohon tunggu...
Arfiani Nur Sayidah
Arfiani Nur Sayidah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Universitas Jember

KKN Kolaboratif Jember tahun 2022. Mahasiswa : 1. Arfiani Nur Sayidah - Universitas Jember 2. Fikri Dwi Ramdhani - Universitas Jember 3. Savira Nur - Universitas Jember 4. M. Azhar - Universitas Jember 5. Berlian NurMaisyah - Universitas Muhammadiyah Jember 6. Clarence Daffa - Universitas Muhammadiyah Jember 7. Rico Wahyu - Universitas Muhammadiyah Jember 8. Shafira Jabir - Universitas dr. Soebandi 9. Sefty Novita - Universitas dr. Soebandi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Kolaboratif 221: Sejarah Desa Panduman

10 Agustus 2022   10:55 Diperbarui: 10 Agustus 2022   11:09 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panduman merupakan satu dari enam desa di Kecamatan Jelbuk, sebuah kecamatan yang berada di sebelah utara Kabupaten Jember. Penduduk di Desa Panduman berjumlah sekitar 6000 jiwa yang tersebar di delapan dusun. Dari Jalan Jember -- Bondowoso, praktis tidak dijumpai keberadaan Desa Panduman lantaran sempitnya wilayah yang berbatasan dengan jalan raya yaitu hanya Dusun Sumber Tengah, sedangkan lokasi tujuh dusun lainnya relatif masuk ke dalam.

Kantor Desa Panduman ditempatkan di Dusun Krajan I, karena lokasinya relatif berada di tengah-tengah desa dan mudah diakses oleh masyarakat. Satu lokasi dengan kantor desa, terdapat Polindes yang menjadi salah satu layanan kesehatan di Desa Panduman. Desa Panduman umumnya berupa persawahan. Hanya Dusun Sumber Candik saja yang lokasinya berada di ketinggian sekitar 1000 meter diatas permukaan laut. Jarak dari Kantor Desa ke dusun ini cukup jauh, sekitar 15 km, medannya pun lumayan sulit, menanjak dan penuh batu. Separuh jalan kesana berupa aspal rusak, paving, dan Sebagian lagi masih jalan tanah berbatu. Jika sampai ke puncak dusun itu, lereng Gunung Argopuro yang hijau akan menyambut pengunjung, permukaan laut dan sudut-sudut Kota Jember pun terlihat jelas. Desa yang disebut sekarang ini telah jauh ada di Indonesia  sebelum orang-orang Eropa datang. Desa Panduman, terletak di Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember, kalau kita menengok sejarah, desa Panduman telah ada sebelum jaman penjajahan Hindia Belanda. Menurut para sesepuh, yang membabat (merintis) adalah seorang Santri dari Syeh Maulana yang bermukim lereng pegunungan Hyang bagian timur yaitu tepatnya di alas Pekarangan (yang sampai saat ini bekas padepokan beliau masih  ada dan sering dikunjungi oleh masyarakat ), beliau adalah seorang pembawa syi'ar islam (penyebaran agama islam).

Pada suatu ketika beliau mengembara meneruskan perjalanannya sampai disuatu lingkungan yang dikenal oleh masyarakat yaitu "Sok Maelang" yang sekarang letaknya ada  di Dusun Sumber Candik Desa Panduman. Beliau melihat ketimur ada sebuah pohon yang sangat tinggi namanya pohon Polai dan letaknya dikuburan Kek Sedep ( letak yang sekarang didusun Sumber Tengah Desa Panduman ) pohon tersebut dijadikan suatu tanda (PANDOM) dalam perjalanan beliau.

Sejak saat itu karena pohon dijadikan sebuah tanda (Pandom), maka hingga berjalannya jaman pandom (pohon) tersebut dijadikan nama sebuah desa yaitu desa PANDUMAN (dalam bahasa Indonesia artinya Pedoman).

Dalam perkembangan jaman Desa Panduman dipimpin oleh seorang Petinggi (sekarang adalah kepala desa), adapun silsilah para pemimpin Desa Panduman mulai dari jaman penjajahan Belanda sampai saat ini,sebagai berikut :

  • Tahun 1899 s/d 1909 dipimpin seorang Petinggi bernama Kiyai SUKRI
  • Tahun 1909 s/d 1919 dipimpin Petinggi bernama Kiyai DAHNAN
  • Tahun 1919 s/d 1929 dipimpin Petinggi bernama Kiyai ZAINAL
  • Tahun 1929 s/d 1934 dipimpin seorang Petinggi bernama P.MUS
  • Tahun 1934 s/d 1949 dipimpin seorang Petinggi bernama MASDURI
  • Tahun 1949 s/d 1974 dipimpin seorang Petinggi bernama P.SUGIYO
  • Tahun 1974 s/d 1977 dipimpin seorang PJS Petinggi bernama MISKALI
  • Tahun 1977 s/d 1983 dipimpin PJS Kepala Desa bernama SUTEDJO
  • Tahun 1983 s/d 1985 dipimpin Kepala Desa bernama SUTEDJO
  • Tahun 1985 s/d 1989 dipimpin PJS Kepala Desa bernama SABURADJI
  • Tahun 1989 s/d 2007 dipimpin Kepala Desa  H.MOH.SOETRISNO
  • Tahun 2007 s/d 2013 dipimpin Kepala Desa Bernama Hj.MURTINI
  • Tahun 2013 s/d 2019 Kepala Desa bernama WINARKO SETIAWAN
  • Tahun 2019 s/d 2025 Kepala Desa bernama WINARKO SETIAWAN (sekarang)

Di desa Panduman, terdapat sebuah bukti sejarah perjuangan bangsa, lebih tepatnya tentang perjuangan Mastrip. Monumen Mastrip terletak di Dusun Bacem Desa Panduman Kecamatan Jelbuk kabupaten Jember Jawa Timur. Mastrip berawal dari kata TRIP, yaitu Tentara Republik Indonesia Pelajar. Karena pejuangnya merupakan tentara muda maka dipanggil mas, sehingga lebih dikenal dengan Mastrip.

Alasan mengapa Tugu Mastrip diletakkan di Desa Panduman adalah karena di tempat inilah terjadinya peristiwa perjuangan berupa penghadangan oleh Tentara Repubik Indonesia Pelajar (TRIP) Batalyon 4000 yang dikenal dengan Pasukan Kukuk Beluk terhadap konvoi tentara penjajah yang akan memasuki kota Jember.

Penghadangan tersebut bertujuan untuk menghadang masuknya pasukan Belanda di kota Jember. Menurut Pramudito (12 Maret 2019) mengatakan bahwa alasan diadakannya penghadangan tentara Belanda di Kecamatan Jelbuk tepatnya di desa Panduman yaitu karena letak geografis desa Panduman yang memungkinkan terciptanya peluang keberhasilan lebih besar dalam menghadapi tentara Belanda. Wilayah Panduman terdiri dari bukit-bukit, sehingga sangat menguntungkan bagi pihak TRIP Kukuk Beluk Hitam untuk dapat mengintai kedatangan pasukan Belanda dan melakukan serangan sebanyak 2 kali. Selain merupakan daerah berbukit, Panduman merupakan satu-satunya jalan dari Bondowoso untuk menuju Jember.

Selain melakukan penghadangan, pasukan TRIP Kukuk Beluk Hitam di Jelbuk juga pernah melakukan penghadangan terhadap Detasemen Belanda yang dihuni oleh 60 orang pasukan Belanda/KNIL, (Panitia Penulisan Sejarah Perjuangan Pelajar/TRIP Besuki 1978:35). Lebih lanjut, Panitia Penulisan Sejarah Perjuangan Pelajar/TRIP Besuki (1978:35) menyatakan bahwa penyerangan yang dilakukan oleh TRIP Kukuk Beluk Hitam menggunakan strategi pelemparan granat tangan dan tembakan senapan mesin kearah Detasemen Belanda, akibatnya terjadilah aksi saling tembak antara pasukan TRIP Kukuk Beluk Hitam dengan pasukan Belanda. Pertempuran tersebut berlangsung selama satu jam dengan posisi pasukan Belanda terkepung oleh pasukan TRIP Kukuk Beluk Hitam dari empat jurusan, namun pertepuran akhirnya berhenti kaena TRIP Kukuk Beluk Hitam mendapatkan Perintah untuk mengundurkan diri ke pangkalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun