8 juni 2013
Sore ini hujan ditambah dengan mati lampu seharian, hhh bukan waktu yang tepat sepertinya. Anak-anak banyak yang tidak masuk karena main hujan-hujanan. Ya main hujan-hujanan. Saat masih kecil Kita semua pasti senang sekali kalau hujan turun. Tidak seperti saat dewasa selalu mengeluh dan menggerutu jika hujan turun. Padahal hujan tidak pernah berubah kitalah yang berubah. Hujan adalah sahabat lama yang terlupakan. Saya heran jika hujan memiliki perasaan apa yang akan dia rasakan? Sesaat disukai lalu dibenci. Pasti sakit sekali.
Oya saya salut ditengah cuaca yang sangat menyenangkan bagi anak-anak diluar sana ada empat anak yang tetap memilih untuk belajar: Alfa, Faisal, Vania dan Puji ditambah satu anak baru lagi Saskia. Saskia masih TK, jadi sekarang sudah ada 3 murid TK yang bergabung bersama kami dari 15 murid secara keseluruhan.
Ngomong-ngomong hujan deras dan banyaknya murid yang tidak masuk sedikitmenurunkan semangat saya untuk mengajar. Maklum saja sebenarnya dari kemarin saya sudah menyiapkan fotokopian kamus bergambar dan kartu bayaran buatan sendiri yang niatnya akan saya bagikan hari ini. Tapi perasaan malas itu hanya sesaat hadir karena melihat lima anak yang semangat ini membuat semangat saya ikut kembali bangkit.
Tidak banyak materi yang saya sampaikan hari ini selain cara menanyakan kabar dan menebalkan tulisan di kertas fotokopian yang kurang jelas terbaca.
Ditengah pelajaran tiba-tiba Dani dan Revi muncul. Mereka adalah kakak beradik. Saya bisa tebak mereka pasti habis main hujan makanya datang terlambat dan dengan cengar-cengir mereka menjawab iya.haduhh dasar anak-anak. Tapi saya tahu mereka tidak salah karena itulah dunia mereka. Dunia bermain.
5 menit berlalu kemudian Sabir muncul. Dia tidak membawa alat tulis dan buku sama sekali. Dia bilang dia Cuma mampir habis main hujan-hujanan dilapangan bola tadi. Untung nya dia sudah sempat mengganti baju kalau tidak sudah becek ruangan ini. Saya biarkan dia tinggal dikelas dengan catatan tidak boleh menggangu yang lain dan harus membantu Saskia menulis. Agaknya Saskia kerepotan dalam menebalkan tulisan dikertas fotokopi itu.
Setelah semua pekerjaan beres kami bersama-bersama membaca kalimat yang sudah saya tulis dipapan tulis. Dan setelah itu kelas saya bubarkan berhubung waktu sudah semakin sore. Seperti biasa mereka berebut salim dan langsung tancap gas menuruni tangga.
Kecuali Sabiryang masih disini. Dia masih belum beranjak pergi. Dia bilang mau menyalin fotokopian itu juga. Saya berikan fotokopiannya berikut buku paketnya sebagai acuan dia menulis. Tiga menit kemudian Alfa dan Puji kembali ke ruang kelas sambil membawa snack Ciki. Mereka bilang masih mau main disini sambil menemani Sabir. Ya saya tahu itu cuma alasan saja karena diatas sini sangat menyenangkan untuk duduk santai sambil menikmati semilir angin dan memandangai hujan dari teras. Kami pun asyik mengobrol seputar masalah sekolah mereka. Mereka suka membanggakan sekolah nya dan menjelekkan sekolah lain. Menanggapi mereka saya hanya tertawa dan tak sadar menikmati obrolan ringan itu. Lagipula buat seorang guru mengakrabkan diri denganmurid diluar jam pelajaran saya rasa juga perlu guna meningkatkan kebersamaan dan keakraban itu tadi. Satu lagi pelajaran baru saya dapatkan dari rutinitas baru ini. Bersambung…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H