Program Keluarga Berencana (KB) merupakan program yang termasuk ke dalam program pembangunan nasional di Indonesia. Tujuan dari program KB yakni untuk menekan tingkat kelahiran di Indonesia agar tidak terjadi ketidakseimbangan jumlah penduduk dengan kebutuhan penduduk di Indonesia. Selain itu, program KB juga bertujuan untuk menekan angka kematian ibu dan bayi karena kehamilan di usia muda atau bahkan usia tua. Lalu bagaimana dalam pelaksanaan program KB yang selama ini telah dilaksanakan bertahun-tahun di Indonesia? Apakah pelaksanaan program KB yang selama ini telah dilakukan sudah sepenuhnya peduli perempuan ?Â
Dalam Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional disebutkan bahwa  pengarusutamaan gender dilakukan guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi serta kewenangan masing-masing. Artinya dalam pelaksanaan program KB juga dituntut untuk memperhatikan aspek gender di dalamnya. Sehingga, seharusnya tujuan program KB dapat secara seimbang memenuhi kepentingan masyarakat baik laki-laki maupun perempuan.  Namun, melihat kenyataan yang terjadi selama ini bahwa adanya program KB seringkali hanya dilakukan oleh kaum perempuan saja. Adanya kontruksi di dalam masyarakat Indonesia selama ini bahwa program KB adalah tanggung jawab perempuan, menjadikan posisi perempuan tersudutkan dengan pilihan untuk melakukan KB. Padahal sebenarnya, program KB juga menjadi tanggung jawab laki-laki dalam pengendalian kehamilan. Diantara lain program KB untuk laki-laki yakni dengan penggunaan kondom dan vasektomi.Â
Metode dalam program KB yang selama ini dilakukan juga cenderung jauh lebih banyak ditujukan untuk perempuan dibandingkan dengan laki-laki yang metode KBnya masih sangat terbatas. Mulai dari metode IUD, Pil KB, Suntik, dan lain sebagainya. Metode IUD sendiri seringkali dipilih karena efektivitasnya yang cukup baik untuk mencegah kehamilan. Namun, resiko dalam metode IUD juga cenderung jauh lebih besar karena apabila terjadi kesalahan atau kecelakaan dalam pemasangan IUD dalam organ reproduksi perempuan maka dapat menyebabkan masalah yang cukup serius. Di beberapa kasus yang pernah terjadi yakni hingga mengakibatkan kerobekan pada vagina, pendarahan hebat, bahkan sampai mengakibatkan kemandulan. Oleh karena itu, sebaiknya dalam mengambil program KB alangkah lebih baiknya pasangan suami  istri dapat berdiskusi untuk menentukan siapa yang lebih pantas untuk melakukan program KB. Tentunya dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan masing-masing. Dengan begitu, dapat tercapai kesepakatan yang baik tanpa mengabaikan kepentingan salah satu pihak.Â
BKKBN selama ini juga sering melakukan sosialisasi untuk mengenalkan program KB untuk laki-laki agar masyarakat dapat tahu bahwa sebenarnya KB bukan hanya untuk perempuan saja. Tetapi sepertinya dalam masyarakat khususnya di pedesaan sangat minim akan pengetahuan tentang metode dalam program KB selama ini. Mereka seringkali melakukan KB melalui layanan di bidan Desa masing-masing. Selain itu, masyarakat desa juga kurang terinfokan mengenai metode KB yang lain termasuk metode KB bagi laki-laki. Sehingga kedepannya, adanya banyak kecelakaan dan resiko KB yang selama ini mayoritas menimpa kaum perempuan seharusnya dapat menjadi pertimbangan kaum perempuan dalam memiliki metode KB yang hendak digunakan. Selain itu, penting bagi kaum laki-laki untuk mengetahui adanya program KB bagi mereka agar dapat berpartisipasi pula dalam pelaksanaan KB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H