Pendaftaran SNBP 2025 sudah semakin dekat. Siswa-siswi kelas 12 sedang harap-harap cemas untuk bisa masuk sebagai siswa eligible yang berhak atas jalur SNBP. Â SNBP merupakan jalur seleksi masuk perguruan tinggi yang menggunakan nilai rapor. Pada jalur ini, mengutamakan prestasi akademik dan non-akademik sehingga para peserta SNBP nantinya diberi kesempatan untuk melampirkan sertifikat yang dimiliki agar kesempatan diterima lewat jalur SNBP semakin besar. Dilansir dari Youtube milik SNPMB ID, pendaftaran SNBP 2025 akan dibuka pada tanggal 4-18 Februari 2025.
Selain SNBP, ada juga jalur SNBT, yaitu jalur seleksi masuk perguruan tinggi yang menggunakan sistem UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer). Berbeda dengan SNBP yang hanya bisa diikuti oleh siswa eligible, SNBT bisa diikuti oleh siswa lulusan SMA/MA/SMK/Sederajat tahun 2023, 2024, dan 2025 dan lulusan Paket C tahun 2023, 2024, dan 2025 dengan batas usia maksimal 25 tahun per 1 Juli 2025. Namun, siswa yang lolos pada SNBP 2023, 2024, dan SNMPTN 2022 tidak bisa melakukan pendaftaran pada jalur SNBT. Berdasarkan konferensi pers yang disiarkan di Youtube milik SNPMB ID pada tanggal 11 Desember 2025, SNBT 2025 akan dibuka pendaftarannya tanggal 11-27 Maret 2025.
Setelah SNBP dan SNBT, ada juga jalur mandiri. Jalur mandiri merupakan jalur masuk universitas yang langsung dilakukan oleh pihak universitas itu sendiri. Jika dibandingkan dengan SNBP dan SNBT, jalur mandiri memakan biaya yang lebih besar daripada kedua jalur tersebut karena biasanya terdapat uang pangkal serta UKT yang harus dibayarkan, meskipun ada juga universitas yang memberlakukan uang pangkal Rp0.
Namun, bagaimana jika kita sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi tetap gagal masuk universitas impian? Apakah kita seorang yang bodoh?
Segala doa dan usaha telah kita kerahkan semua dengan harapan bisa diterima di universitas impian. Namun, ketika gagal diterima, bukan berarti kita bodoh. Bukan berarti kita tidak layak untuk masuk di sana. Iya, memang tidak dapat dipungkiri bahwa perasaan sedih dan kecewa pasti akan datang. Namun, tentunya tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan, apalagi sampai menyalahkan diri sendiri.
Dulu, aku menjadi penonton betapa senangnya teman-temanku yang berhasil di SNBP, sedangkan aku gagal. Banyak yang bertutur agar tak perlu berharap pada SNBP, tapi bohong jika aku tidak berharap. Kecewa, sedih, terpukul, bahkan aku takut melihat reaksi orang-orang ketika tahu aku gagal. "Kenapa ya aku bisa gagal? Apa aku salah ya terlalu idealis daripada realistis dalam memilih jurusan?"
Gagal SNBP bukan berarti kita bodoh. Gagal SNBP bukan berarti nilai yang telah kita pertahankan selama 3 tahun itu sia-sia. Tidak ada kata berandai-andai, "Seandainya aku lebih realistis dalam penjurusan", dll. Tidak ada yang salah dalam mencoba. Jika tertolak, setidaknya kita sudah pernah memperjuangkannya. Setidaknya tidak meninggalkan rasa penasaran dalam hati. Dalam mengejar mimpi, kita berada di antara pilihan untuk berani mengambil risiko atau kehilangan kesempatan. Setelahnya, kita harus bisa menerima apapun konsekuensi yang didapat. Jika gagal, kita harus menerima dengan hati yang lapang dan percaya bahwa masih ada cara lain menuju keberhasilan.
Pulang sekolah bukannya istirahat, tetapi memilih belajar untuk SNBT. Dikejar tugas praktik dan ujian sekolah selama persiapan SNBT. Sampai letih dan lelah pun tak masalah untuk SNBT, asalkan nanti bisa diterima. Jika ternyata tenaga, waktu, serta doa yang terus kita usahakan masih belum bisa mengantarkan kita untuk lolos, bukan berarti semua tidak berguna dan terbuang sia-sia. Apa aku bodoh? Tidak. Mengerjakan ujian selama 195 menit tidak bisa dijadikan sebagai parameter kecerdasan. Selain akal, kondisi kesehatan, kondisi lingkungan sekitar juga turut andil dalam memengaruhi bagaimana ketika kita mengerjakan SNBT.