Sama halnya seperti manusia, dugong juga merupakan mahluk sosial yang umumnya ditemukan dalam kelompok 2-200 individu. Akan tetapi kelompok yang berisi ratusan dugong jarang ditemui disebabkan hamparan padang lamun yang tidak memadai untuk mendukung kelompok dengan banyak individu dugong. Dugong sering dijumpai menyendiri atau dalam kelompok kecil (Induk dan anak dugong). Dugong juga dikenal sebagai hewan yang sangat pemalu loh. Mereka tidak berani untuk mendekati manusia, melainkan hanya mengamati manusia atau perahu dari jarak jauh. Saat didekati maka dugong akan cenderung menjauh dan bersembunyi.
Sebagai mahluk sosial, maka komunikasi merupakan hal ynag sangat penting pada organisme ini. Komunikasi utama dugong adalah melalui suara dan penglihatan. Sama seperti lumba-lumba, duyung menggunakan kicauan, peluit, gonggongan, dan suara lain yang bergema di bawah air untuk berkomunikasi. Setiap suara memiliki amplitudo dan frekuensi sendiri yang memancarkan sinyal dan menyiratkan tujuan tertentu. Komunikasi dengan suara ini umum digunakan untuk mencari makan di dasar laut atau berkomunikasi dengan individu lain. Komunikasi visual pada dugong umumnya hanya digunakan jika dugong berada dalam jarak dekat atau pada musim kawin saat ingin menarik perhatian lawan jenis. Hal ini disebabkan keterbatasan penglihatan pada dugong. Indera lain yang dimanfaatkan dugong untuk berkomunikasi adalah penciuman dan sentuhan.
Penciuman dugong terbilang sangat kuat. Bahkan dugong dapat merasakan keberadaan bahan kimia di lingkungannya melalui penciuman. Selain bahan kimia, dugong juga dapat mencium bau tanaman air yang merupakan sumber makanannya. Dugong dilengkapi dengan bulu yang sensitif disekujur tubuhnya, terutama pada bagian bibir. Oleh karena itu, dugong dapat merasakan getaran dengan baik yang dapat digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi utama yang memanfaatkan sentuhan adalah komunikasi antara induk dugong dan anaknya. Anak dugong sering kali menempel pada induknya dan berenang di bawah sirip atau menunggang di atasnya untuk mendapatkan kepastian.
Makanan
Perlu diketahui bahwa ternyata dugong merupakan satu-satunya mamalia laut yang sepenuhnya herbivora. Mereka mengkonsumsi lamun, terutama dari famili Potamogetonaceae dan Hydrocharitaceae dari genus Halophila dan Halodule. Jenis lamun yang disukai adalah lamun rendah serat, tinggi nitrogen, dan mudah dicerna. Saat keberadaan lamun sedang sedikit, maka dugong juga akan memakan alga laut.
Dugong memanfaatkan bibir atasnya yang fleksibel untuk mencabut seluruh tanaman lamun. Jika mencabut seluruhnya sulit bagi dugong, maka dugong hanya akan merobek daun pada lamun. Dugong tidak melakukan migrasi, tetapi sering kali dugong melakukan perjalanan jauh untuk mencari padang lamun yang masih tersedia. Oleh karena itu, dugong sering kali disebut sebagai hewan semi-nomaden.
Reproduksi
Perilaku kawin dugong cenderung berbeda pada setiap lokasi. Beberapa dugong menunjukkan kompetisi agresif untuk betina dalam oestrous, sedangkan beberapa dugong menunjukkan perilaku kawin seperti lekking. Lek merujuk kepada area tradisional tempat dugong jantan berkumpul selama musim kawin dan melakukan aktifitas kompetitif untuk menarik sang betina.
Dugong adalah hewan yang termasuk poliandri. Kematangan seksual pada dugong betina terjadi pada usia 6 tahun dan mungkin untuk memiliki anak pertama pada rentang usia 6-17 tahun, sedangkan kematangan seksual jantan berada pada rentang 6-12 tahun. Tingkat reproduksi duyung terbilang sangat rendah, yaitu hanya satu anakan untuk setiap 2,5-7 tahun. Hal ini dapat disebabkan oleh masa kehamilan yang lama, yaitu 13-14 bulan.