Mohon tunggu...
Muhammad Arfani Fadlil
Muhammad Arfani Fadlil Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Wakil Ketua OSIS SMA Negeri 81 Jakarta 2013/2014 (Kavidhruva Arthyazasta)|seorang pengamat remaja yang sangat tertarik kepada hal-hal kecil sekalipun|berjuang untuk surga bukan neraka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meringis ATM yang Padahal Semakin Canggih

6 Januari 2014   18:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:05 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tentu semua sudah mengenal mesin ATM bukan? ya, itu adalah sebuah mesin yang sekarang telah beralih menjadi mesin multifungsi, tentu itu sudah banyak mengalami perkembangan bukan? kita ambil contoh saja sekarang orang-orang kantoran yang sekarang apalagi para karyawan muda yg banyak menggunakan smartphone tentu perlu membeli pulsa bukan? entah itu untuk paket internet atau untuk mendukung smartphone itu, yaaa walau sebenarnya sekarang sudah banyak fitur seperti aplikasi perbankan dan sms-banking, tapi ternyata untuk melakukan itu bisa dibilang ribet jika belum tau.

nah dari itulah, tentu solusinya adalah pergi ke tukang pulsa atau ke ATM. Perlu ditegaskan lagi bahwa hampir semua bank menawarkan fitur pengisian pulsa di dalam menu ATM mereka, caranya mudah cukup ikuti langkah-langkah berikut:

1. Masukkan kartu ATM lalu pin ATM tersebut

2. (biasanya) ada di dalam menu lainnya dan di sub-menu pembelian

3. Nah disitu ada pilihan pulsa isi ulang

4. Nah setelah itu anda akan ditawarkan menu besar nominal pulsa yg akan dibeli

5. Isikan Nomor handphone anda

6. Anda hanya tinggal tunggu beberapa saat saja dan pulsa akan terisi kembali

Tapi apakah semua kemajuan tersebut membuat konsumen puas? Apakah itu akan menghentikan kritik kepada bank-bank? tentu tidak! dapat anda bayangkan sekarang ATM telah tersebar diberbagai tempat, baik itu di pusat perbelanjaan, minimarket, kolam renang, bahkan di pinggir jalan pun ada dalam bentuk ATM Motor. Tentu konsumen tidak hanya menuntut akan kemajuan teknologi ATM, tetapi juga PERAWATAN.

Sulit untuk menjamin perawatan mesin ATM untuk zaman sekarang karena telah tersebarnya mesin ATM di berbagai tempat, contoh saja di pusat perbelanjaan, pernah kah anda menemukan mesin ATM yang sudah terkelupas atau rusak atau tidak dapat digunakan karena uang di dalamnya belum diisi kembali? atau bahkan di ATM itu berada di tempat yang penempatannya "sangat" terlihat oleh umum, jadi ngga enak kan makenya? atau tempatnya itu kotor, ada satu contoh, di dekat rumah saya itu, ada sebuah kolam renang dengan footcourt di tempat parkirnya, dan di sampingnya itu ada galeri ATM, tertutup sih, tapi ketika anda coba lihat di dalamnya, hebat sekali! anda akan banyak menemukan bekas bercak lumpur yang sudah mengering jadi pasir di tiap sudut dan menempel di lantai, padahal tempatnya itu memakai AC! sungguh sangat disayangkan bukan? entah bagaimana kontrak kerja yang telah diajukan oleh pihak bank dengan pengelola tempat tersebut. Disana pun ada tempat sampah tapi sudah penuh membludak, bagaikan mesin ATM yang selalu dipakai setiap hari tiap jam tapi tidak pernah dibersihkan, kita sebagai pengguna tentu bingung MAU PROTES KEMANA?

Kalau menurut saya, yang perlu anda ketahui jika ingin protes itu dibagi untuk 2 hal yaitu; mesin ATM dan lingkungannya. Jika anda ingin protes mengenai mesin ATM di minimarket yang rusak jangan malah protes ke mbak-mbak kasirnya tentu itu malah akan memperburuk keadaaan dan no effect, mbak kasirnya marah balik sama anda dan mesin ATMnya ngga akan bener juga(kecuali anda berada di Bank). Lalu juga Ketika anda melihat lantai kotor di Galeri ATM anda protes ke satpam yg berjaga di sekitar, sebenarnya tidak salah, namun itu tidak akan memberikan arti apapun, karena satpam tidak memiliki wewenang, alangkah baiknya jika anda memberitahu langsung ke bagian pengelola gedungnya(kecuali di Bank). Intinya sesuaikan saja sama situasi dan kondisi anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun