Mohon tunggu...
Arfandi Akbar
Arfandi Akbar Mohon Tunggu... Penulis - Teacher, Journalist, Author, Literacy, Business, Traveller, Adventure, Photograph

Arfandi Akbar atau Arfandi, biasa juga akrab dipanggil fandi. Panggilan akrab tersebut biasanya digunakan masyarakat lingkungan sekitarnya. Dirinya lahir di Malaysia, pada tanggal 13 Maret 1994, sesuai ketentuan bernegara khususnya di Indonesia, pada tahun 2002 akte lahirnya ditetapkan; Pinrang 13 Maret 1994. Alamat domisili saat ini di RT/RW 002/003, Kelurahan Temmassarangnge, Kecamatan Paleteang, Kabupaten Pinrang. Dirinya merupakan anak pertama dari enam bersaudara, 2 pria serta 4 perempuan. Selama menjadi mahasiswa Arfandi aktif pada lembaga kemahasiswaan baik ekstra maupun intra kurikuler kampus, diantaranya; lembaga kesenian, lembaga eksekutif, lembaga ekstra kurikuler seperti Himpunan Mahasiswa Islam, komunitas literasi, dan komunitas gerakan sosial. Pertama kali Arfandi aktif di lembaga kemahasiswaan, yakni pada tahun 2017; Arfandi menjabat sebagai sekertaris umum Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), kemudian pada tahun 2018 dirinya menjabat sebagai Presiden Mahasiswa atau ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Cokroaminoto Pinrang. Arfandi juga merupakan ketua Yayasan Budaya Literasi, sekaligus salah satu dari beberapa orang yang mendirikan lembaga tersebut, yang berawal dari komunitas Budaya Literasi, hingga sekarang berubah menjadi Yayasan Budaya Literasi. Yayasan yang masih akrab dikenal sebagai komunitas lokal tersebut, aktif pada bidang pendidikan, sosial dan kemanusiaan. Anggota yayasan ini banyak terdiri dari tenaga guru, mahasiswa, dan siswa dari dalam maupun dari luar Kabupaten Pinrang. Saat ini Arfandi Akbar juga berprofesi sebagai guru honorer, yakni guru produktif jurusan akuntansi di SMK Negeri 4 Pinrang. Selain itu, Arfandi memiliki sapaan lain yakni Ilo Magistra, sapaan itu sebagai identitas pada setiap dokumen tulisannya. Adapun hobi nya, seperti menulis, berenag, mendaki, memancing, futsal, berorganisasi.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Inovasi Pembelajaran Berbasis Pelatihan Dalam Mengimplementasikan Soft Selling Dan Hard Selling Siswa Dengan Pendekatan Experiental Learning

3 Desember 2024   20:11 Diperbarui: 3 Desember 2024   20:21 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabel 01. Daftar kategori dan pertanyaan yang diajukan ke peserta didik

A. Latar Beakang

Adapun pengalaman yang telah penulis dapatkan selama mengikuti program PPG Prajabatan, dengan mengikuti seluruh rangakaian pembahasan mata kuliah dan praktik pengalaman lapangan (PPLP) di semester 1 dan dan semester 2. Melalui refleksi diri di awal hingga akhir semester 1, penulis memaknai beberapa keterkaitan pembahasan mata kuliah terkait Pembelajaran Berdiferensiasi, Pemahaman Tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya, Prinsip Pengajaran dan Asesmen. Penulis berhipotesis bahwa dalam proses pembelajaran guru penting untuk memahami karakteristik peserta didik, dan memahami perkembangan peserta didik dalam menempuh pembelajaran. Guru wajib memahami hal tersebut sebelum merancang pembelajaran yang terfokus pada peserta didik.

Namun, setelah penulis mengikuti seluruh rangkaian pembahasan mata kuliah serta melaksanakan tugas PPL II, penulis akhirnya mandapatkan pengalaman bermakna yang lebih dalam terkait penyaluran pembelajaran serta asesmen yang sesuai terhadap peserta didik dalam proses pembelajarannya. Pengalaman bermakna tersebut terintegrasi dengan salah satu mata kuliah, yakni Pembelajaran Sosial Emosional (PSE), yang memberikan pemahaman tentang bagaimana seorang guru mampu memetakan kompetensi sosial emosional peserta didik dengan mempertimbangkan latar belakang, kebutuhan, dan tahap perkembangan peserta didik (Oktaviani & Praherdhiono, 2022). Pembelajaran pada mata kuliah ini bukan hanya terkait memahami kompotensi emosional perserta didik dalam mengembangkan karakternya, namun juga memberikan pengalaman kepada penulis sebagai calon guru masa depan bagaimana memiliki kemampuan menjadi teladan serta pengalaman positif bagi peserta didik dalam mengembangkan pengtahuan, dan bagaimana memahami kompetensi sosial emosional diri sendiri tentunya sebagai calon seorang guru yang profesional. 

Pada topik 3 dalam pembalajaran soisal emosional (PSE), menyajikan pengetahuan baru bagi penulis untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik dan berkesan bagi guru, yakni pembahasan terkait memahami bagaimana Experiental Learning sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan iklim positif dalam proses belajar. Pengalaman ini menjadikan penulis sadar bahwa menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah untuk melakukan pengajaran, serta menciptakan iklim positif dalam proses pembelajaran baik di dalam ruang kelas teori maupun diluar ruang kelas. Profesi seorang guru seharusnya memiliki kompetensi Sosial Emosional, kemampuan menjadi guru yang independen; memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis, kreatif, dan reflektif, memiliki pemahaman kompetensi sosial emosional untuk mengolah emosi diri sendiri dan peserta didik. 

Didasarkan pengalaman bermakna tersebut penulis berniat menciptakan serta mewujudkan suasana belajar yang bermakna, menyenangkan, dan berkesan bagi peserta didik dan guru, dengan melalui inovasi pembelajaran berbasis pelatihan; demonstrasi video praktik penjualan produk di media sosial dengan model Experiental Learning, untuk meningkatkan kompetensi Soft Selling dan Hard Selling bagi siswa SMK pada Konsentrasi Keahlian Bisnis Digital. Dalam inovasi pembelajaran ini, penulis bermaksud memberikan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran peserta didik terkait mengimplementasikan teknik soft selling dan hard selling yang seimbang. Selain itu, melalui proses pembelajaran experiental learning ini dengan inovasi pembelajaran yang berbasis ruang lingkup rutin (waktu khusus di luar kegiatan akademik); pelatihan rutin demonstrasi video praktik penjualan produk di media sosial, peserta didik dapat meningkatkan kompetensi soft skills dan hard skills mereka, dan hal tersebut semestinya menjadi tanggung jawab sekolah menengah kejuaruan (SMK) untuk mempersiapkan lulusan yang mampu bersaing di dunia usaha dan dunia kerja.


B. Rumusan Masalah

Disasarkan latar belakang penulisan ini, Adapun yang menjadi rumusan masalah, yakni:

  1. Bagaimana eksistensi inovasi pembelajaran berbasis pelatihan dengan model Experiential Learning dalam meningkatkan kompetensi Soft Selling dan Hard Selling bagi siswa SMK jurusan Bisnis Digital dapat menjawab tantangan di dunia usaha dan dunia kerja yang semakin kompleks dan dinamis?

  2. Bagaimana perencanaan implementasi inovasi pembelajaran berbasis pelatihan dengan model Experiential Learning yang efektif dan terukur untuk meningkatkan kompetensi Soft Selling dan Hard Selling bagi siswa SMK jurusan Bisnis Digital

Adapun tujuan atas rumusan masalah tersebut, yakni:

  1. Untuk mengeksplorasi potensi inovasi pembelajaran berbasis pelatihan dengan model Experiential Learning dalam meningkatkan kompetensi Soft Selling dan Hard Selling bagi siswa SMK jurusan Bisnis Digital, sehingga dapat mewujudkan kompetensi softskills dan hardskills peserta didik dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja maupun berwirausaha untuk membuka peluang usaha di masa akan datang.

  2. Untuk merancang dan melaksanakan implementasi inovasi pembelajaran berbasis pelatihan dengan model Experiential Learning yang efektif dan terukur dalam meningkatkan kompetensi Soft Selling dan Hard Selling bagi siswa SMK jurusan Bisnis Digital.

C. Kajian Teori

Dalam proses pembelajaran sangat penting bagi guru untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik untuk mengeksplorasi potensi dirinya dalam mengembangkan kompetensi soft skills dan hard skills. Sangat penting bagi lulusan SMK memiliki bekal hardskills dan softskills yang seimbang dalam menghadapi tantangan di dunia usaha dan dunia kerja yang semakin kompleks dan dinamis. Hal ini menjadi sangat penting bagi siswa agar mereka tidak hanya memiliki kompetensi akademik (hardskills) saja, tetapi juga kemampuan intrapersonal dan interpersonal (softskills), yakni Kemampuan yang meliputi kesadaran diri dan kemampuan diri (Purnami & Rohayati, 2016). Dengan demikian sekolah di tuntut untuk mengintegrasikan capaian pembelajaran yang ada di SMK sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). 

Sistem pendidikan di Indonesia sudah semestinya menyalurkan  pembelajaran yang beorientasi pada learning or education for life, sehingga pembelajaran yang didapatkan peserta didik menjadi pengalaman yang bermakna dalam kehidupannya untuk upaya mempertahankan hidup di tengah tantangan Revolusi Industri 4.0 dan era Society 5.0, dengan ukuran lulusan kompeten dan belum kompeten, bukan berfokus pada learning or education for graduation only, dengan hanya diukur oleh lulus dan tidak lulus (Sutianah, 2022).

Dalam ruang lingkup pendidikan, ada tiga hasil dari proses pembelajaran pada generasi sekarang ini, yakni pertama kemampuan yang dapat menciptakan pekerjaan yang baru, unik, atau differential serta dapat bermanfaat di dalam kehidupannya (peserta didik), serta masyarakat di masa akan datang. Ke-dua ialah proses dan hasil dari pembelajaran dapat menciptakan produk barang, jasa atau Teknologi Tepat Guna (TTG), yang bermanfaat untuk kehidupan peserta didik di masa akan datang. Ke-tiga adalah hasil proses pembelajaran mempu menciptakan baik kecakapan-kecakapan kerja yang baru (new job skills), maupun menciptakan kompetensi baru sebagai bekal peserta didik dalam mempertahankan hidup (survive live skills) di masa akan datang (Sutianah, 2022). Menurut Sutianah, hasil dari proses pembelajaran sudah semestinya mampu menjawab tantangan, tuntutan, dan kebutuhan peserta didik dan kebutuhan dunia kerja. Sekolah di tuntut unutk menyalurkan pembelajaran yang kompetitif dan pengalaman langsung yang harus mampu memenuhi kebutuhan keduanya. Lanjutnya, inti dari perencanaan, proses, dan hasil pembelajaran merupakan proses penyatuan antara kompetensi dari para tenaga pendidik dan peserta didik, dapat mengkoneksikan antara esensial mata pelajaran, mengintegrasi, mengkolaborasi, dan menginternalisasi penyusunan kurikulum, sehingga menghasilkan proses integrated curriculum, integrated teaching and learning, serta integrated and collboration asessment, yang mampu mewujudkan relation antar multidicpliner atau hubungan antar mata pelajaran, sehingga peserta didik memiliki kreatifitas dan inovasi, relevan dengan Program Keahlian atau Konsentrasi Keahlian (Sutianah, 2022).

Model experiential learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung dalam suatu masalah atau isu yang dipelajari. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang selama ini banyak dilakukan oleh guru yang hanya memberi kesempatan kepada peserta didik suasana pembelajaran yang hanya membaca, menulis, mendengarkan atau mengamati suatu kejadian yang ada. Dengan model experiential learning, peserta didik di suguhkan pembelajaran yang bermakna; langsung merasakan dan mengamati kejadian yang ada disekitarnya dengan mengumpulkan data yang ditemukan, sehingga peserta didik mampu melaporkan apa yang ditemukankan dari pengalamannya (Wayan et al., 2014). Menurut Wawan, dkk Belajar dengan model experiential learning merupakan proses membentuk pengetahuan dengan kombinasi antara mendapatkan pengalaman dan mentransformasi pengalaman (Wayan et al., 2014). 

Dalam hal ini, khusus pada jurusan Bisnis Digital di SMK harus memiliki kompetensi sesuai dengan program keahlian dan konsentrasi keahlian, seperti kemampuan dalam melakukan penjualan atau promosi produk terhadap konsumen. Soft selling dan hard selling merupakan seni dalam melakukan penjualan dengan teknik mempengaruhi konsumen. Lebih spesifik "soft selling" (penjualan secara lunak) lebih halus dan tidak langsung, sedangkan "hard selling" (penjualan keras) mengacu pada pendekatan penjualan yang lebih langsung, dengan fokus mendorong penjualan cepat (Okazaki et al., 2010). Saat ini strategi pemasaran yang cukup populer yang dikenal sebagai konten soft selling (soft skills), telah muncul sebagai pendekatan yang efektif dalam mempengaruhi minat beli konsumen (Fajarrizka, 2024). Argumentasi tersebut bukan berarti meruntuhkan implementasi teknik penjualan hard selling (hard skills) sebagai seni penjualan, karena teknik hard selling dibutuhkan untuk memperjelas konten pada saat melakukan penjualan produk. Pola komunikasi dalam iklan secara sederhana dibagi menjadi dua, yaitu hard selling dan soft selling. Hard selling identik dengan pola komunikasi langsung yang ditunjukkan secara eksplisit melalui promosi secara verbal maupun visual. Biasanya diterapkan untuk promosi jangka pendek. Sedangkan soft selling menggunakan pola komunikasi tidak langsung yang berfokus untuk menjalin kedekatan emosi dengan audiens dan ditujukan untuk promosi jangka panjang dan berkelanjutan (Indah Kurnia Dewi et al., 2022).

Berdasarkan paparan pustaka diatas, menjadi alasan penulis untuk memberikan pengalaman langsung terhadap peserta didik dalam memaknai dan menguasai konsentrasi keahliannya, melalui  inovasi perancangan pembelajaran berbasis pelatihan dalam mengimplementasikan soft selling dan hard selling, dengan model experiental learning khusus pada jurusan Bisnis Digital di SMK.

D. Rancangan Inovasi Pembelajaran

  1. Objek Yang Dikembangkan 

Dalam rancangan inovasi pembelajaran ini, adapun objek yang dikembangakan yakni terkait dengan pendekatan pembelajaran yang berbasis pelatihan dalam mengimplementasikan teknik softselling dan hardselling dengan model experiental learning. Pelatihan yang dimaksud dalam inovasi rancangan pembelajaran ini terbagi atas dua sesi; (1) penyampaian materi terkait dasar-dasar teknik pemasaran online melalui media sosial atau e-commerce, pengantar teknik hardselling dan softselling, serta contoh-contoh video hard dan softselling. Sesi pertama ini merupakan ruang bagi peserta didik untuk berdiskusi dan tanya jawab dengan pemateri. Sebelum pembahasan dimulai, pemateri melakukan penilaian awal untuk mengukur pengetahuan peserta didik terkait materi yang akan di sajikan, dengan membagikan pre-test (assessment diagnostic) dalam bentuk google form melalui group whatshapp. Kemudian peserta didik diberikan post-test di akhir sesi, terkait materi yang telah disajikan pemateri. Hal ini dilakukan untuk mengukur pemahaman peserta didik atas materi yang telah disajikan; (2) yakni demonstrasi kontekstual. Peserta didik mendesain video yang mempraktikkan teknik softselling serta hardselling dalam memasarkan suatu produk. Pada sesi ke-dua ini, peserta didik diberikan waktu selama tujuh hari untuk pembuatan video, setelah itu melakukan pemaparan video sesuai waktu dan tempat yang di tentukan secara khusus.


2. Tujuan Pengembangan

Adapun tujuan dari pengembangan perancangan inovasi pembelajaran ini untuk memberikan pendekatan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan dan meningkatkan kompetensi soft skills peserta didik melalui pelatihan yang menarik dan dapat mewujudkan beberapa inovasi-inovasi baru yang kompeten, memiliki daya saing yang berkarakter yang mampu menjawab tantangan zaman di era globalisasi sekarang dan masa akan datang. Dengan melaksanakan pelatihan, disertai dengan demonstrasi kontekstual soft selling dan hard selling yang pengharapannya pada hasil akhir peserta didik mampu mengimplementasikan keterampilan tersebut dan mampu menciptakan ide kreatif mereka.

3. Desain Pengembangan Inovasi Pembelajaran

Mengembangkan soft skills peserta didik dalam proses belajar, sudah seharusnya menempuh berbagai metode dan strategi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran bukan hanya terpaku pada kegiatan teori dalam kelas, namun juga berinovasi pada kegiatan-kegiatan praktik yang berdasarkan kompetensi atau talenta peserta didik yang sesuai karakter lingkungan: baik lingkup sekolah maupun lingkup masyarakat disekitarnya. Selain pembelajaran yang dalam penerapannya pembelajaran di ruang teori dan ruang praktik, peserta didik juga perlu mengembangkan pengalaman belajarnya melalui kegiatan-kegiatan eksrakurikuler, kokurikuler, LKS, maupun kegiatan pengembangan talenta lainnya yang dapat meningkatkan soft skills peserta didik. 

Sesuai Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, merumuskan bahwa "pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif menyumbangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual kea-gamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara" (Wirakartakusumah et al., 2011). Begitupun dengan keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (KEMDIKBUDRISTEK) nomor 008//H/KR/2022, tentang Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka, bahwa pendidikan bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap: hardskills dan softskills (Kemendikbudristek BSKAP, 2022). Hal ini juga serupa dengan menurut PERMENDIKBUDRISTEK nomor 12 tahun 2024 pada (lampiran 1) bagian (B) tentang prinsip bahwa Kurikulum Merdeka dirancang dengan prinsip: (1). pengembangan karakter, yaitu pengembangan kompetensi spiritual, moral, sosial, dan emosional Peserta Didik, baik dengan pengalokasian waktu khusus maupun secara terintegrasi dengan proses pembelajaran; (2). fleksibel, yaitu dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan kompetensi Peserta Didik, karakteristik Satuan Pendidikan, dan konteks lingkungan sosial budaya setempat; dan (3). berfokus pada muatan esensial, yaitu berpusat pada muatan yang paling diperlukan untuk mengembangkan kompetensi dan karakter Peserta Didik agar Pendidik memiliki waktu yang memadai untuk melakukan pembelajaran yang mendalam dan bermakna (Riset et al., 2024).

Didasarkan atas prinsip-prinsip penyaluran pendidikan tersebut, penulis memiliki dasar untuk mendukung rencana inovasi pembelajaran yang akan di rancang oleh penulis sebagai inovasi dalam dunia pendidikan tentunya.


Gambar  01. Prototipe Rancangan Inovasi Pembelajaran Berbasis Pelatihan 
Gambar  01. Prototipe Rancangan Inovasi Pembelajaran Berbasis Pelatihan 

Berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 124 Tahun 2022 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Aktivitas Profesional, Ilmiah Dan Teknis Golongan  Pokok Aktivitas konsultasi Manajemen Bidang Pemasaran, pada Lampiran I Bab 1 Pendahuluan, menjelaskan bahwa dalam menjalankan suatu usaha pemasaran sangat bergantung pada kompetensi tenaga kerjanya. Oleh sebab itu, Pasal 20 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2019 tentang Penyediaan Tenaga Teknis yang Kompeten di Bidang Perdagangan Jasa mewajibkan penyedia jasa yang bergerak di bidang perdagangan jasa untuk didukung oleh tenaga teknis yang kompeten (Kemnaker, 2022).

Kompetensi tenaga teknis dapat diraih dengan adanya pengalaman kerja atau pelatihan kerja berbasis kompetensi. Kemudian kompetensi tenaga teknis tersebut diukur melalui Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

Berikut ini merupakan daftar unit kompetensi SKKNI, yang di anggap menjadi landasan untuk melakukan kegiatan pelatihan berbasis kompetensi di SMK pada konsentrasi keahlian Bisnis Digital:

                                                                              

Tabel  02. Daftar Unit Kompetensi SKKNI
Tabel  02. Daftar Unit Kompetensi SKKNI

Pelatihan Praktik Teknik Softselling Dan Hardselling

Pelatihan dilaksanakan dengan dua tahap; (1) tahap sosialisasi materi terkait teknik softselling dan hardselling oleh guru tamu (mitra SMK) selaku pemateri; (2) tahap demonstrasi kontekstual, yang mana peserta didik mengimplementasikan pemahaman dengan membuat video praktik softselling dan hardselling dalam mempromosikan atau menjual produk.

Materi yang disajikan harus sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), yang telah di tetapkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan (KEMNAKER). Tujuannya adalah untuk mengembangkan kompetensi softskills dan hardskills peserta didik sesuai dengan konsentrasi keahliannya, yakni Bisnis Digital. Tentunya juga tidak terlepas dari tujuan untuk mewujudkan kompetensi peserta didik dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja maupun berwirausaha untuk membuka peluang usaha di masa akan datang.

Demonstrasi Kontekstual Hingga Elaborasi Pemhaman

Pada tahap demonstrasi kontekstual, peserta didik merefleksikan pemahan mereka atas meteri yang telah di dapatkan pada tahap awal pelatihan, dengan membuat video praktik softselling dan hardselling dalam mempromosikan atau menjual produk. Masing-masing peserta didik dalam setiap rombel dibagi menjadi dua hingga tiga siswa dalam satu kelompok. Video yang telah dibuat, akan di posting pada media sosial sekolah untuk selanjutnya dinilai oleh guru kejuruan, praktisi terkait kegiatan, dan pemateri dari mitra SMK. Penilaian dilakukan bertujuan untuk asesmen kognitif, dan psikomotorik peserta didik, kemudian menjadi bahan evaluasi dan tindak lanjut perbaikan.

Pada tahap elaborasi pemahaman, setiap kelompok mempresentasikan hasil video yang telah dibuat. Setiap antar kelompok wajib saling memberikan penilaian atas hasil karya, dan masing-masing peserta didik dalam kelompok wajib membuat kesimpulan terkait pemahaman mereka terkait implementasi teknik softselling dan hardselling dalam mempromosikan atau menjual produk.

E. Simpulan dan Saran

Artikel ini mengeksplorasi inovasi pembelajaran berbasis pelatihan dalam mengimplementasikan teknik soft selling dan hard selling pada siswa jurusan Bisnis Digital di SMK dengan pendekatan experiential learning. Pengalaman penulis dalam Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan menunjukkan pentingnya kompetensi pedagogik, pribadi, sosial, dan profesional dalam pembelajaran yang efektif. Dengan menggunakan experiential learning, siswa dapat mengembangkan keterampilan soft selling dan hard selling melalui demonstrasi video praktik penjualan produk di media sosial. Pendekatan ini tidak hanya mengajarkan teknik pemasaran, tetapi juga mendorong keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif pada siswa.

Pembelajaran ini dirancang untuk memberikan pengalaman kontekstual yang bermakna bagi siswa. Sesi pertama melibatkan pemberian materi dasar tentang pemasaran online, sedangkan sesi kedua melibatkan pembuatan video praktik soft selling dan hard selling. Video tersebut dievaluasi oleh guru, praktisi, dan mitra SMK, memberikan umpan balik konstruktif. Pendekatan experiential learning ini bertujuan membekali siswa dengan kompetensi yang relevan dengan tuntutan dunia kerja serta mendukung prinsip Kurikulum Merdeka yang menekankan pengembangan karakter dan fleksibilitas.

Secara keseluruhan, inovasi ini memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kompetensi soft selling dan hard selling siswa, menciptakan pembelajaran yang mendalam dan bermakna, serta membantu siswa mengembangkan keterampilan dan karakter yang kuat untuk sukses di dunia kerja.

Untuk meningkatkan efektivitas inovasi pembelajaran ini, disarankan agar sekolah terus memperbarui materi pelatihan sesuai dengan perkembangan teknologi dan tren pemasaran terkini. Selain itu, kolaborasi dengan praktisi industri dan alumni dapat memperkaya pengalaman belajar siswa dengan wawasan praktis yang relevan. Sekolah juga perlu menyediakan fasilitas dan sumber daya yang memadai untuk mendukung pembuatan dan evaluasi video praktik siswa. Terakhir, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi dampak jangka panjang dari pendekatan experiential learning ini terhadap kesiapan siswa memasuki dunia kerja.

Daftar Pustaka.

Fajarrizka, K. (2024). Pengaruh Terpaan Konten Soft Selling Instagram @ Pigijo _ Terhadap Minat Beli Followers. 1(4), 1--5.

Indah Kurnia Dewi, N., Saraswati, A., Nafisa Falihah Furqon, A., & Animasi, P. (2022). Penerapan Pola Komunikasi Soft Selling melalui. 08(02), 231--245. http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/andharupa/index

Kemendikbudristek BSKAP. (2022). Salinan Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 008/H/KR/2022 Tentang Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini Jenjang Pendidikan Dasar dan Jenjang Pendid. Kemendikbudristek. https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/unduhan/CP_2022.pdf

Kemnaker. (2022). Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 124 Tahun 2022 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Aktivitas Profesional, Ilmiah Dan Teknis Golongan Pokok Aktivitas konsultasi Manajemen Bidang Pemasaran, (p. 05). JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. https://jdih.kemendag.go.id/peraturan/detail/2658/1

Okazaki, S., Mueller, B., & Taylor, C. R. (2010). Measuring soft-sell versus hard-sell advertising appeals. Journal of Advertising, 39(2), 5--20. https://doi.org/10.2753/JOA0091-3367390201

Oktaviani, H. I., & Praherdhiono, H. (2022). Pembelajaran Sosial Emosional. In Buku Ajar Mata Kuliah Pilihan "Perancangan dan Pengembangan Kurikulum." https://id.scribd.com/document/725869614/644154419-5-MK-Pembelajaran-SEL-Social-Emotional-Learning-1

Purnami, R. S., & Rohayati, R. (2016). Implementasi Metode Experiential Learning Dalam Pengembangan Softskills Mahasiswa Yang Menunjang Integrasi Teknologi, Manajemen Dan Bisnis. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(1). https://doi.org/10.17509/jpp.v13i1.3511

Riset, M., Teknologi, D. A. N., & Indonesia, R. (2024). Menteri riset dan teknologi republik indonesia. https://peraturan.bpk.go.id/Details/281847/permendikbudriset-no-12-tahun-2024

Sutianah, C. (2022). Peningkatan Soft Skills Peserta Didik Melalui Integrated Teaching and Learning Berbasis Jobskils Di Sekolah Menengah Kejuruan (Smk). Jurnal Ekonomi, Sosial & Humaniora, 3(05), 137--148. https://jurnalintelektiva.com/index.php/jurnal/article/view/695

Wayan, N., Lestari, R., Sadia, I. W., & Suma, K. (2014). TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA Universitas PendidikanGanesha e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 4.

Wirakartakusumah, M. A., Baskoro, E. T., Sairin, W., & Indrajit, R. E. (2011). Buletin BSNP: Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. 5--6. https://repositori.kemdikbud.go.id/314/1/Buletin-Edisi-3-2011.pdf

Fajarrizka, K. (2024). Pengaruh Terpaan Konten Soft Selling Instagram @ Pigijo _ Terhadap Minat Beli Followers. 1(4), 1--5.

Indah Kurnia Dewi, N., Saraswati, A., Nafisa Falihah Furqon, A., & Animasi, P. (2022). Penerapan Pola Komunikasi Soft Selling melalui. 08(02), 231--245. http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/andharupa/index

Kemendikbudristek BSKAP. (2022). Salinan Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 008/H/KR/2022 Tentang Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini Jenjang Pendidikan Dasar dan Jenjang Pendid. Kemendikbudristek. https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/unduhan/CP_2022.pdf

Kemnaker. (2022). Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 124 Tahun 2022 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Aktivitas Profesional, Ilmiah Dan Teknis Golongan Pokok Aktivitas konsultasi Manajemen Bidang Pemasaran, (p. 05). JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. https://jdih.kemendag.go.id/peraturan/detail/2658/1

Okazaki, S., Mueller, B., & Taylor, C. R. (2010). Measuring soft-sell versus hard-sell advertising appeals. Journal of Advertising, 39(2), 5--20. https://doi.org/10.2753/JOA0091-3367390201

Oktaviani, H. I., & Praherdhiono, H. (2022). Pembelajaran Sosial Emosional. In Buku Ajar Mata Kuliah Pilihan "Perancangan dan Pengembangan Kurikulum." https://id.scribd.com/document/725869614/644154419-5-MK-Pembelajaran-SEL-Social-Emotional-Learning-1

Purnami, R. S., & Rohayati, R. (2016). Implementasi Metode Experiential Learning Dalam Pengembangan Softskills Mahasiswa Yang Menunjang Integrasi Teknologi, Manajemen Dan Bisnis. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(1). https://doi.org/10.17509/jpp.v13i1.3511

Riset, M., Teknologi, D. A. N., & Indonesia, R. (2024). Menteri riset dan teknologi republik indonesia. https://peraturan.bpk.go.id/Details/281847/permendikbudriset-no-12-tahun-2024

Sutianah, C. (2022). Peningkatan Soft Skills Peserta Didik Melalui Integrated Teaching and Learning Berbasis Jobskils Di Sekolah Menengah Kejuruan (Smk). Jurnal Ekonomi, Sosial & Humaniora, 3(05), 137--148. https://jurnalintelektiva.com/index.php/jurnal/article/view/695

Wayan, N., Lestari, R., Sadia, I. W., & Suma, K. (2014). TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA Universitas PendidikanGanesha e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 4.

Wirakartakusumah, M. A., Baskoro, E. T., Sairin, W., & Indrajit, R. E. (2011). Buletin BSNP: Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. 5--6. https://repositori.kemdikbud.go.id/314/1/Buletin-Edisi-3-2011.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun