Mohon tunggu...
Arfa Gandhi
Arfa Gandhi Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalistik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://www.kompasiana.com/arfa18 Berkarya itu bahagia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesta Demokrasi di Kolombia Harus di Bayar Nyawa

24 Juli 2024   10:20 Diperbarui: 24 Juli 2024   10:35 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pablo Escobar / https://www.ladbible.com/entertainment/tv-and-film-pablo-escobars-son-reveals-what-life-was-like-growing-up-in-new-doc-20210811

Kabarnya tak sedikit warga miskin di Kolombia, khususnya di Kota Medellin yang akhirnya bisa menjalani kehidupan yang jauh lebih baik.

Hal itu ternyata membuat nama Pablo Escobar menjadi sangat populer, hingga akhirnya sang Raja memutuskan untuk mencoba peruntungannya dalam mencalonkan diri sebagai presiden Kolombia.

Kampanyenya kala itu juga terbilang sangat sukses. Banyak masyarakat Kolombia yang mendukung Pablo Escobar untuk menjadi orang nomor satu di negaranya.

Kegagalan Pablo Escobar menjadi orang nomor satu di Kolombia kala itu harus dibarter dengan sebuah nyawa.

Rodrigo Lara Bonilla yang kala itu menjabat sebagai Menteri Kehakiman di bawah Presiden Belisario Betancur tewas dibunuh tim sicarios suruhan Pablo Escobar saat sedang mengemudi di Bogota.

Selain Bonilla, calon presiden Kolombia, Luis Carlos Galan yang merupakan salah satu musuh terbesar Pablo Escobar juga harus tutup usia.

Galan dibunuh karena selalu melakukan kampanye yang menyinggung dan menyindir kartel narkoba.

Bahkan, pemberantasan kartel narkoba di Kolombia merupakan tujuan utama jika dirinya terpilih menjadi presiden.

Akan tetapi nasib berkata lain, Galan juga tewas dibunuh oleh orang suruhan Pablo Escobar saat menghadiri pertemuan massa politik di kota Soacha.

Padahal kala itu, Galan dikawal oleh delapan belas pengawal bersenjata. Sayangnya, Galan tewas di sniper ketika sedang naik ke atas panggung untuk menyampaikan pidato.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun