Â
   Seperti yang diketahui bahwa masing-masing benua bahkan negara memiliki standar kecantikan yang berbeda-beda. Salah satu faktor yang mempengaruhi standar kecantikan adalah kaum kelas atas yang terdiri dari elit sosial dan ekonomi. Sejarah menunjukkan bahwa standar kecantikan telah dipengaruhi oleh kaum kelas atas sejak zaman dulu. Di Eropa, misalnya, kaum bangsawan kuno menggunakan korset untuk mengecilkan lingkar pinggang secara paksa, yang dianggap sebagai standar kecantikan yang ideal.
   Di masa sekarang pun hal ini masih berlaku contohnya di negara barat memiliki kulit tan itu dianggap cantik. Dan ini hanya bias dilakukan oleh orang-orang kalangan berada, karena untuk memiliki kulit tan sendiri menandakan bahwa orang tersebut mampu untuk pergi travelling ke negara tropis yang membutuhkan biaya yang mahal karena harus sering dilakukan untuk mendapatkan kulit tan tersebut.
   Adapun di Asia Kulit putih dianggap cantik karena untuk memiliki kulit putih berarti orang tersebut harus sering berada di rumah atau biasa bekerja di ruang tertutup dan ber ac lalu kendaraan juga tentunya mobil. Sehingga jarang sekali terpapar sinar uv yang akan membuat kulit menjadi gelap. Di Afrika juga standar kecantikannya ialah orang yang berisi karena berarti orang tersebut mampu untuk makan dan artinya orang tersebut juga mapan.
   Dengan hal ini menunjukkan bahwa kaum kelas ataslah yang menjadi patokan standar kecantikan dari suatu negara . Dampak dari standar kecantikan yang ditentukan oleh kaum kelas atas sangat signifikan. Misal di negara barat dengan standar kecantikan kulit tan, diciptakanlah spray tan untuk kulit yang dapat di akses untuk kalangan mengah kebawah. Begitu juga di Indonesia banyak beredar krim pemutih kulit mulai dari harga standar sampai yang sangat murah. Terkadang krim pemutih yang murah ini ternyata malah membahayakan kulit karena mengandung merkuri. Dan hal-hal seperti itu tentunya kalangan atas tidak perlu melakukannya karena mereka adalah standar kecantikan itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!