Mohon tunggu...
Ruth Erica Margaret
Ruth Erica Margaret Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

currently writing

Selanjutnya

Tutup

Love

Mengenal Teori Pertukaran Sosial dalam Toxic Relationship

26 Desember 2024   19:03 Diperbarui: 26 Desember 2024   19:20 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Thibaut & Kelly, pencetus teori pertukaran sosial atau exchange social theory, salah satu teori yang menjelaskan bagaimana pada umumnya seseorang akan memilih bertahan pada suatu hubungan meskipun hubungan tersebut tidak sehat. Salah satu konsep yang kerapkali dikaitkan dengan teori ini adalah CL atau comparation level, yaitu nilai standar yang seseorang harapkan dan berikan dalam suatu hubungan. Standar yang dimaksud bisa bermacam-macam, misalnya standar pasangan yang baik, dermawan, dan tampan serta kaya raya ataupun standar lainnya. CL dapat digambarkan dalam skala angka 1-10 sebagai ukuran nilai. 1 untuk nilai paling rendah dan 10 paling tingi. Selain CL terdapat pula konsep Clalt (Comparative Level for Alternative) sebagai pertimbangan bagi seseorang apakah nantinya dirinya akan memilih pergi atau bertahan. Sebagai contoh, terdapat sepasang kekasih bernama Lala dan Bagas. 

Dalam hubungannya Lala tidak memiliki standar atau kriteria pasangan tertentu. Bagi Lala, hal terpenting yang harus dimiliki oleh pasangannya adalah pasangannya memiliki karakter yang baik saja kepada dirinya. Standar pasangan Lalal tersebut memiliki nilai CL 5. Namun, di sisi lain, Lala juga bertemu dengan laki-laki, yaitu Bagas, yang tampan, perhatian, dan penuh pesona serta banyak disukai oleh orang-orang. Namun, laki-laki tersebut memiliki sifat kasar, manipulatif, dan posesif. Standar yang dimiliki oleh Lala hanya berada pada skala 5, tetapi Bagas bukanlah laki-laki yang "biasa saja" baginya. Dengan segala pesona dan bujuk rayu Bagas, Lala merasa skala 5 yang menjadi standar kriterianya dapat terlampaui bahkan sangat jauh. Hal tersebut pada akhirnya mengakibatkan Lala mengabaikan fakta bahwasannya Bagas merupakan sosok yang kasar, manipulatif, dan posesif. Setiap melakukan kesalahan, Bagas akan meminta maaf dan memohon-mohon kepada Lala agar dimaafkan dan diberikan kesempatan kedua setelah selingkuh atau melakukan kekerasan verbal atau nonverbal kepada Lala. Perilaku Bagas yang memanipulasi Lala dengan rayuan-rayuannya akhirnya mengakibatkan Lala memiliki pengharapan bahwa suatu hari nanti Bagas akan berubah demi dirinya meskipun dirinya seringkali dikasari, diselingkuhi, dan dibohongi oleh Bagas.

Sumber: Soompi 
Sumber: Soompi 

Lala tetap merasa dicintai pada situasi-situasi Bagas yang memanipulasi dirinya sehingga Lala memberikan nilai untuk hubungannya di skala 8. Selain itu, Lala juga merasa bahwa tidak ada yang mencintai dirinya selain Bagas. Tanpa Bagas, Lala akan merasa kesepian.  Pada akhirnya, mengacu pada faktor-faktor tersebut nilai Clalt pada hubungan Lala dan Bagas menjadi lebih rendah daripada nilai CL. Lala menjadi berpandangan bahwa lebih baik dirinya bertahan sampai terjadi kdjadian Bagas akan berhenti berperilaku kasar dan jahat kepada dirinya. Lagipula, setiap berperilaku buruk, Bagas selalu meminta maaf kepada dirinya dan esok harinya situasi kembali kepada seperti semula. . Inilah gambaran bagaimana teori pertukaran sosial bekerja dalam menjelaskan mengapa seseorang bisa bertahan dalam hubungan yang tidak sehat. Terkadang, ekspektasi seseorang (CL) yang rendah dan rendahnya alternatif yang dirasakan (CLalt) membuat mereka memilih bertahan meskipun hubungan tersebut jelas merugikan secara emosional bagi Lala.

Sumber: Soompi 
Sumber: Soompi 

Pemahaman tentang teori ini bisa membantu kita lebih menyadari pentingnya mengevaluasi hubungan dengan objektif dan memahami dinamika yang terjadi di dalamnya. Hubungan interpersonal seringkali menjadi salah satu bagian paling kompleks dalam kehidupan kita. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk bertahan dalam suatu hubungan, terutama ketika hubungan tersebut tidak sehat. Mengapa ada orang yang tetap bertahan meskipun sering disakiti, diperlakukan buruk, atau merasa tidak dihargai? Pertanyaan ini mungkin terdengar sederhana, namun jawabannya tidak selalu mudah ditemukan. Salah satu cara untuk memahami dinamika tersebut adalah dengan melihatnya melalui lensa teori pertukaran sosial yang dikemukakan oleh Thibaut & Kelly. Teori ini memberikan pandangan yang lebih mendalam mengenai bagaimana individu menilai hubungan mereka dan mengapa mereka memilih untuk bertahan dalam situasi yang tampaknya merugikan.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun