Pada suatu ketika penulis membeli sebungkus nasi, dan kemudian menaruh uang kembaliannya didalam plastik (satu paket), tak lama kemudian uang yang ada di plastiknya tidak diambil kembali, seusai makan langsung sampanya ditaru didalam plastik, dan segera membuangnya ditempat sampah, sore hari baru ingat bahwa uang kembaliannya ditaru di dalam plastik, dan akhirnya dicari lagi ditempat sampah, untungnya tidak sampai 2 atau 3 hari, sampahnya tidak begitu banyak. Dan akirnya uangnya ditemukan kembali.
Di waktu tangan memegang sampah dan mencari uang tersebut, hati kecilnya berkata, oh iya ya, seandainya kita terlahir penuh dengan pilihan, tentunya para pemulung, pengangkut sampah itu tidak mau punya profesi seperti itu, mereka tidak mau bekerja yang penuh dengan bahaya, mereka mempunyai keinginan mempunyai profesi yang bagus, namun karena untuk mengais rezeki, dia rela menahan berbagai hambatan untuk mendapatkannya.
Setelah mengambil uang dari tempat sampah tersebut, penulis mendapatkan pelajaran baru, bahwa hidup itu adalah perjuangan, ada petani, penjual koran, DPR, sampai presiden. Semua yang terlahir sama, memiliki peluang dan kesempatan yang sama, semua yang ada di jagad raya ini tidak terlahir dengan produk gagal, semua terlahir dengan kafasitas khairu ummah Sebagai insan biasa kita tidak bisa mengetahui mana yang lebih baik, dan mana yang buruk hanya Dengan demikian, kita sebagi satu dari negara benneka tunggal ika menginginkan hidup yang sejahtera, mulai dari kelas Koran sampai kelas atas. Eksploisi tenaga kerja semoga tidak ada, dan semoga tidak pernah ada di tanah air tercinta. SELAMAT HARI BURUH………….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H