Mohon tunggu...
Ares Faujian
Ares Faujian Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Manggar Prov. Kep. Bangka Belitung

Saya berprofesi sebagai guru Sosiologi di SMA Negeri 1 Manggar dan juga aktif sebagai penulis serta editor buku/ artikel di Kep. Bangka Belitung. Selain pernah mendapatkan penghargaan literasi dari Bupati Belitung Timur hingga Ketua DPRD Belitung Timur tahun 2020. Beberapa prestasi dan apresiasi yang pernah saya raih di tingkat regional dan nasional, yaitu: (1) Lulus seleksi dan dipilih sebagai Fasilitator Literasi Baca-Tulis Tk. Regional Sumatra oleh Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemdikbud RI tahun 2019; (2) Terbaik/ Juara III Nasional Guru Dedikatif dan Inovatif Kemdikbud RI tahun 2020, sehingga diapresiasi pula menjadi Agen Penguatan Karakter (APK) oleh Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemdikbud RI tahun 2020; (3) Anugerah Pegiat Literasi “Parasamya Suratma Nugraha” oleh Yayasan Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat tahun 2021; (4) Penghargaan ”10 Penulis Terbaik Kompetisi Opini Tingkat Nasional” oleh Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) Tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Akhir & Persiapan Menuju Lokakarya 7 (Sebuah Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3 PGP)

26 Juni 2023   13:44 Diperbarui: 26 Juni 2023   13:57 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Sri Mulyani (Pengajar Praktik-Kiri) dan Ares Faujian (CGP-Kanan) pada Pendampingan Individu 6 di SMAN 1 Manggar/Dokpri

Agar kita dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri (kemimpinan murid atau student agency), maka kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga  potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Sehingga dalam hal ini peran guru adalah mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya, serta mengurangi kontrol guru terhadap mereka.

Menurut OECD (2019: 5), 'kepemimpinan murid' berkaitan dengan pengembangan identitas dan rasa memiliki. Konsep kepemimpinan murid ini sebenarnya berawal pada prinsip murid memiliki kemampuan dan keinginan untuk secara positif memengaruhi kehidupan mereka sendiri dan lingkungan sekitar mereka. Kepemimpinan murid dapat dilihat sebagai kapasitas untuk menetapkan tujuan, melakukan refleksi dan bertindak secara bertanggung jawab untuk menghasilkan perubahan. Kepemimpinan murid adalah tentang kapabilitas murid yang bertindak aktif dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab.

Albert Bandura (2006) mengatakan bahwa ada empat sifat inti dari human agency, yang disingkat IVAR.

  • I - Intensi = Kesengajaan (intentionality). Seseorang yang memiliki agency bukan hanya memiliki sekedar niat, tetapi di dalam niat mereka sudah termasuk rencana tindakan dan strategi untuk mewujudkannya;
  • V - Visi = Pemikiran ke depan (forethought). Pemikiran ke depan di sini bukan hanya sekedar rencana yang mengarahkan masa depan. Mereka yang berpikiran ke depan menjadikan visi (representasi kognitif dari visualisasi masa depan);
  • A - Aksi = Kereaktifan-diri (self-reactiveness). Seseorang yang memiliki agency, bukan hanya seorang perencana dan pemikir ke depan. Mereka juga seorang pengendali diri (self-regulator);
  • R - Refleksi = Kereflektifan-diri (self-reflectiveness). Seseorang yang memiliki agency akan memiliki kesadaran yang baik akan fungsi dirinya.

Dalam pemahaman dan mempelajari kepemimpinan murid, kita perlu menguasai konsep kepemimpinan murid tersebut, antara lain suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid. Melalui suara, pilihan, dan kepemilikan ini murid akan mengembangkan kapasitas dirinya menjadi pemilik bagi proses belajar dirinya sendiri. Dalam hal ini, tugas guru ialah menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya, yang mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan terhadap yang mereka pikirkan, niat dalam komitmen, dan bagaimana murid mengeksekusi niat tersebut serta mereka merefleksikan tindakan mereka.

Profil Pelajar Pancasila (P3) menjadi identitas pelajar Indonesia yang diharapkan pada 2045 dan gambaran capaian kepemimpinan murid di Indonesia. Dimensi-dimensi pada P3 ini dibagi menjadi 6 macam, yakni beriman, bertakwa dan berakhlak mulia; mandiri; berkebinekaan global; kreatif; bernalar kritis; dan bergotong royong.

Materi kepemimpinan murid sangat penting dipelajari. Hal ini agar kita dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, sehingga kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri. Alhasil, potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik dan sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

Faktor lingkungan menjadi salah satu kunci dalam manifestasi kepemimpinan murid dan program-program sekolah pendukungnya. Faktor-faktor lingkungan ini akan memberikan efek pada diri seorang guru, antara lain:

  • Menstimulus pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif;
  • Mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif;
  • Melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan pendidikan;
  • Melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri dan sekitarnya;
  • Membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan;
  • Menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif;
  • Menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh.

(disadur dari Noble, T. & H. McGrath, 2016)

Komunitas adalah salah satu ihwal yang bisa mendukung berjalannya proses pendidikan di sekolah bagi murid, termasuk mewujudkan kepemimpinan murid dan program-program realisasinya. Sebagai pusat dari proses pendidikan, murid ini sebenarnya 'berada' dalam lintas komunitas. Mereka dapat berada sekaligus pada: a) komunitas keluarga; b) komunitas kelas dan antar kelas; c) komunitas sekolah; d) komunitas sekitar sekolah; e) komunitas yang lebih luas. Pentingnya melibatkan komunitas ini yaitu untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid agar mewujudkan program sekolah yang berdampak positif bagi murid.

Akhirnya, terima kasih kembali saya ucapkan kepada Ibu Guslaini selaku Fasilitator, Ibu Sri Mulyani selaku Pengajar Praktik, dan rekan-rekan CGP7 Kab. Belitung Timur yang sudah menjadi kerabat belajar. Dalam penerapanan modul 3.3 ini, saya akan menjadikan materi ini sebagai bekal dalam manifestasi kepemimpinan murid dengan program-program yang akan dibuat guna berdampak positif bagi murid. Salam guru penggerak!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun