Sejatinya, variasi upaya penyelesaian ini juga harus ditemukan sebagai wawasan baru dan diimbaskan di PGP ini atau pada forum-forum lainnya oleh Kemdikbudristek RI. Hal ini akan sangat membantu sebagai referensi akomodasi sosial (solusi sosial) di sekolah.
3. Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)
Dalam menganalisis tantangan sesuai konteks sekolah dan daerah penulis, penerapan praktik coaching ini tentu menjadi cara jitu dalam penyelesaian permasalahan-permasalahan. Namun tingginya angka putus sekolah, pernikahan dini, dan perceraian di Belitung Timur, menjadi PR besar bagi para pendidik di Negeri Laskar Pelangi dalam upaya perbaikan mutu pendidikan. Beratnya beban eksekusinya (praktik coaching) ini bukan hanya karena tingginya kasus-kasus ini sehingga mendapat peringkat 5 besar secara nasional. Akan tetapi, khusus pada kasus perceraian, hal ini juga terjadi pada kalangan guru. Sehingga penulis berpikir, ketika kalangan guru sudah ditimpa permasalahan yang seperti ini, agak riskan bagaimana guru tersebut akan menjadi seorang teladan dan problem solver bagi pendidik dan atau murid-muridnya pada kasus yang sama atau yang lainnya?
4. Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
Dalam memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang teridentifikasi di daerah, tentunya penulis akan melakukan kolaborasi dan memperbanyak diskusi kepada senior (kepala sekolah, rekan sejawat senior dan pengawas, serta tokoh masyarakat) dalam trik melakukan praktik coaching di sekolah. Diskusi ini akan mempermudah dan menambah wawasan penulis dalam memperbaiki praktik coaching, terutama dalam memilih pertanyaan-pertanyaan yang humanis.
Praktik coaching memang penting sebagai upaya penyelesaian persoalan di sekolah dan perlu ditambahkan dengan praktik baik lainnya yang serupa agar lebih efektif serta tepat sasaran. Namun dalam konteks daerah, perlu dibuat organisasi atau komunitas sebagai upaya kontrol mutu pendidikan. Hal ini bukan hanya berbicara tentang proses pembelajaran di sekolah, namun hal-hal lainnya yang juga memiliki keterkaitan-keterkaitan dengan proses pembelajaran guru dan murid. Misalnya masalah di lingkungan keluarga, lingkungan kerja, lingkungan sosial, dsb.
Untuk di Belitung Timur sendiri, sudah ada Kelompok Kerja Literasi, Numerasi dan Pendidikan Karakter Kab. Belitung Timur yang disingkat POKJA LINK BELTIM dan diketuai oleh Sabarudin, M.Pd (Kepala SMAN 1 Manggar). Kelompok kerja ini dibentuk pada bulan Februari 2023 yang diperuntukkan sebagai kontrol mutu pendidikan dari segi literasi, numerasi dan karakter di Belitung Timur. Dalam organisasi ini, penulis dipilih pada saat forum pembentukan di Dinas Pendidikan Kab. Belitung Timur (Jumat, 17 Februari 2023) dan diamanahkan menjadi sekretaris.
Dalam organisasi ini memuat 4 bidang, yaitu bidang humas, bidang literasi, bidang numerasi dan bidang pendidikan karakter. Keempat bidang ini sudah melakukan rapat pembahasan program kerja, dengan upaya-upaya yang berbasis kebutuhan dan pengembangan SDM di daerah. Tentunya problematika seperti angka putus sekolah, pernikahan diri, dan perceraian juga sudah terintegrasi dalam program kerja yang siap dieksekusi sesuai dengan jadwal pelaksanaannya. Penulis berharap, adanya Pokja ini bisa menjadi organisasi percepatan dalam ihwal pengentasan permasalahan di lingkungan peserta didik, guru dan masyarakat di Belitung Timur.
Ekspektasinya, organisasi ini bisa lebih besar dari efek praktik coaching di sekolah dan bisa menjadi wadah sosialisasi serta edukasi praktik coaching di daerah. Misalnya dengan mengadakan seminar, In House Training (IHT) atau forum pelatihan keterampilan lainnya tentang praktik coaching.
Selain dari eksistensi organisasi ini, penulis akan tetap belajar dan meng-upgrade ilmu serta wawasan baru agar praktik kontrol penyelenggaraan pendidikan bisa terus menyesuaikan dengan kontekstual zaman. Hal ini akan sangat berguna ketika penulis melakukan ekspansi wawasan terbaru melalui tulisan-tulisan penulis lainnya di media massa.
C. Membuat Keterhubungan
1. Pengalaman masa lalu
Menjadi pendidik membuat kompetensi pribadi penulis menjadi bertambah dengan mempelajari modul 2.3 ini. Awalnya, jika dahulu sebagai junior masih butuh pembelajaran yang banyak. Ternyata dengan mempelajari materi coaching untuk supervisi akademik ini sangat bermanfaat sebagai tambahan sudut pandang sebagai kepala sekolah dan pengawas. Artinya, dalam membuat perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut, kita harus berpikir sebagai pengamat agar apa yang dikerjakan itu efektif dan tepat sasaran.