Mohon tunggu...
Ares Faujian
Ares Faujian Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Manggar Prov. Kep. Bangka Belitung

Saya berprofesi sebagai guru Sosiologi di SMA Negeri 1 Manggar dan juga aktif sebagai penulis serta editor buku/ artikel di Kep. Bangka Belitung. Selain pernah mendapatkan penghargaan literasi dari Bupati Belitung Timur hingga Ketua DPRD Belitung Timur tahun 2020. Beberapa prestasi dan apresiasi yang pernah saya raih di tingkat regional dan nasional, yaitu: (1) Lulus seleksi dan dipilih sebagai Fasilitator Literasi Baca-Tulis Tk. Regional Sumatra oleh Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemdikbud RI tahun 2019; (2) Terbaik/ Juara III Nasional Guru Dedikatif dan Inovatif Kemdikbud RI tahun 2020, sehingga diapresiasi pula menjadi Agen Penguatan Karakter (APK) oleh Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemdikbud RI tahun 2020; (3) Anugerah Pegiat Literasi “Parasamya Suratma Nugraha” oleh Yayasan Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat tahun 2021; (4) Penghargaan ”10 Penulis Terbaik Kompetisi Opini Tingkat Nasional” oleh Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) Tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah sebagai Investasi PENA Masa Depan dan Berkelanjutan

28 Desember 2022   09:34 Diperbarui: 28 Desember 2022   10:15 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pahlawan Ekonomi Nusantara atau PENA menjadi program yang patut diprioritaskan dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia. Sejak berjalan dalam skala kota madya (Surabaya) tahun 2010 dan sudah dicoba di beberapa daerah di Indonesia hingga 2022 oleh Ibu Tri Rismaharini (Menteri Sosial RI), ternyata program ini memberikan dampak signifikan dan layak digalakkan untuk daerah yang memiliki tingkat kemiskinan ekstrem/ tinggi.

Namun, ada konsep Tripusat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang laik untuk diperhitungkan sebagai fondasi memperkokoh program PENA di Indonesia. Dua dari Tripusat Pendidikan ini sudah dioptimalisasi melalui peran ibu rumah tangga (keluarga) dan komunitas masyarakat pada program ini. Akan tetapi, perlu adanya keterlibatan ‘sekolah’ sebagai elemen penguat yang menjadi wahana edukasi generasi, agar program ini dan masalah kemiskinan menjadi kajian dan tanggung jawab bersama. Lalu, apa saja keterlibatan sekolah dalam menyukseskan program PENA ini?

Seperti yang kita ketahui, sekolah merupakan lembaga yang diyakini guna mewujudkan tujuan pendidikan (masa depan) yang baik secara karakter, IPTEK, dan keterampilan/ kecakapan hidup bagi peserta didik. Sehingga, ada korelasi keterlibatan yang harus diambil sekolah dalam program PENA ini, terutama dalam social learning dan menjaga muruah bangsa agar merdeka dari kemiskinan.

Pertama, Kemensos bisa melaksanakan perlombaan di lingkungan pendidikan yang berbasis menggali-temukan potensi daerah, inovasi produk dan Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam mengoptimalisasi produksi-promosi produk lokal, serta pengurangan tingkat kemiskinan di daerah. Perlombaan ini dapat berupa kompetisi karya tulis ilmiah (penelitian) dan inovasi pelajar serta guru.

Selanjutnya, Kemensos juga bisa menggelar perlombaan “Sekolah Pahlawan Ekonomi Nasional (Sekolah PENA)”, yang mana sekolah ini memiliki andil dalam aksi dan edukasi pengentasan kemiskinan, yaitu melalui upaya inovatif-efektif dalam memanfaatkan potensi daerah, serta berkolaborasi dalam pemberdayaan masyarakat berbasis kesejahteraan sosial. Misalnya, melaksanakan gerakan “Peduli Kemiskinan, Peduli Masa Depan!”, mengadakan pemilihan duta sosial pelajar, hingga melaksanakan events (festival, perlombaan, talkshow, bazar produk lokal, peringatan hari besar sosial nasional, dsb.) di sekolah/ daerah dengan tema “Gelorakan perekonomian lokal, memerdekakan bangsa dari kemiskinan!”

Akhirnya, sekolah merupakan salah satu kaki tripod eksistensi PENA di masa depan, selain adanya keluarga dan masyarakat yang sudah menjadi subjek dan objek pengentasan kemiskinan di Indonesia. Dari sekolah kita bisa mencari tahu apa sebenarnya problematika kontekstual dan kebutuhan di daerah, termasuk mewariskan praktik-praktik baik dan pembelajaran berbasis kepedulian dan tanggung jawab bersama kepada siswa. Maka dari itu, yuk kita berinvestasi jangka panjang dalam menangani masalah kemiskinan ini. Karena sekolah adalah aset masa depan. Marilah kita berinvestasi dengan tepat dan berkelanjutan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun