Oleh: Ares Brilatin
Calon Guru Penggerak Angkatan 9 Kota Yogyakarta
Fasilitator : Bapak Ratno Kumar Jaya
Pengajar Praktik : Ibu Suharyanti
Salam Guru Penggerak.
Hai, saya Ares Brilatin. Saya Calon Guru Penggerak Angkatan 9 dari Kota Yogyakarta. Saat ini saya sedang menyusun jurnal refleksi dwi mingguan untuk modul 3.3
Model refleksi dwi mingguan yang saya gunakan kali ini adalah model 4F ( Fact/peristiwa, Feeling/perasaan, Findings/pembelajaran, Future/penerapan)
Pada tanggal 28 Februari 2024, saya mempelajari modul 3.3 tentang "Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid" bagian Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep. Kegiatan eksplorasi konsep, membahas tentang kepemimpinan murid atau student agency. Saat murid memiliki kontrol atas apa yang terjadi, atau merasa bahwa mereka dapat mempengaruhi sebuah situasi, maka murid akan memiliki apa yang disebut dengan "agency". Agency dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya peristiwa melalui tindakan-tindakan yang dibuatnya, di mana murid mampu berperan sebagai pemimpin dalam pembelajarannya sendiri. Murid mengambil peran aktif dalam proses pembelajarannya sendiri. Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya sehingga kemampuannya dalam mengelola pembelajarannya sendiri dapat dimaksimalkan. Jika murid dapat mengelola dirinya sendiri, potensi kepemimpinannya dapat berkembang menjadi lebih baik.
'Kepemimpinan murid' berkaitan dengan pengembangan identitas dan rasa memiliki. Ketika murid mengembangkan agency, mereka mengandalkan motivasi, harapan, efikasi diri, dan growth mindset (pemahaman bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan) untuk mengarahkan diri mereka menuju kesejahteraan lahir batin (wellbeing). Hal inilah yang kemudian memungkinkan mereka untuk bertindak dengan memiliki tujuan, yang membimbing mereka untuk berkembang di masyarakat.
Pada saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri, secara tidak langsung mereka memiliki suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.