Mohon tunggu...
Ares Brilatin
Ares Brilatin Mohon Tunggu... Guru - Penjaga Mimpi

Tinggal di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi antar Materi Modul 3.3 Pendidikan Guru Penggerak

18 Maret 2024   17:18 Diperbarui: 18 Maret 2024   17:20 13951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Hai, saya Ares Brilatin. Calon Guru Penggerak Angkatan 9 dari Kota Yogyakarta. Saya akan berbagi tulisan terkait koneksi antar materi dari modul 3.3 yang sudah saya pelajari.

Bagaimana Perasaan Saya Setelah Mempelajari Modul Ini?

Secara keseluruhan, modul 3.3 ini berisi aktivitas yang sangat menantang. Setelah mempelajari materi pengelolaan program yang berdampak positif pada murid, saya merasa senang dan semakin bersyukur akan ketugasan saya sebagai guru. Pengetahuan saya semakin bertambah. Tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga membimbing dan menuntun murid agar mereka dapat memimpin dirinya sendiri dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan agar mereka dapat memimpin proses belajarnya sendiri. Sehingga murid semakin percaya diri dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran berlangsung dengan berpusat pada murid. Pembelajaran yang berpusat pada murid bertujuan untuk menguatkan kepemimpinan murid (student agency).

 

Apa Intisari yang Saya Dapatkan Pada Modul Ini?

Inti sari Modul 3.3 tentang Pengelolaan Program yang Berdampak pada murid memuat tentang kepemimpinan murid (students agency) dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila, mendorong suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid dalam konsep kepemimpinan murid, mewujudkan lingkungan yang mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid, serta pentingnya melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid.


Dengan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid maka secara bersamaan kita sebenarnya juga sedang membangun karakter murid sesuai dengan profil pelajar pancasila yang merupakan visi pendidikan Indonesia. Agar kita dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik.


Saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri (atau kita katakan: saat murid memiliki agency) , maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri.


Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.


Untuk itu, mengelola program yang berdampak pada murid hendaknya seorang guru harus mendorong suara, pilihan, dan kepemilikan murid di tiap tahapannya. Dalam merencanakan suatu program yang berdampak pada murid dapat dilakukan dengan menerapkan model BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi).

Dalam melaksanakan program sesuai strategi yang telah direncanakan, tentunya tidak menutup kemungkinan ada hal-hal yang dapat menjadi kendala atau hambatan di luar dari yang direncanakan. Untuk itu, kita dapat menerapkan strategi MELR (Monitoring, Evaluation, Learning and Reporting) sebagai bentuk penilaian retrospektif dan wujud refleksi program yang berdampak pada murid. Selain itu, juga perlu memperhatikan manajemen resiko untuk meminimalisir resiko atau hal-hal yang diluar rencana. Sebagaimana padi yang hanya akan tumbuh subur pada lingkungan yang sesuai, maka kepemimpinan murid pun akan tumbuh dengan lebih subur jika sekolah dapat menyediakan lingkungan yang cocok. Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid adalah lingkungan di mana guru, sekolah, orangtua, dan komunitas secara sadar mengembangkan wellbeing atau kesejahteraan diri murid-muridnya secara optimal. Diantaranya:

  • Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif.
  • Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana
  • Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya
  • Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya
  • Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan.
  • Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri.
  • Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.


Apa keterkaitan yang dapat Saya lihat antara modul ini dengan modul-modul sebelumnya?

Keterkaitan yang dapat saya lihat antara Modul 3.3 ini dengan modul-modul sebelumnya adalah modul-modul sebelumnya menguatkan bagaimana cara melakukan pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid. Dengan memahami isi modul-modul sebelumnya membantu kompetensi kita dalam mendesaian perencanaan dan pengelolaan program sekolah secara cermat dan tepat.

Keterkaitan modul 1.1 mencakup filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa guru mempunyai peran strategis dalam menuntun kodrat anak agar dapat bahagia dan aman dalam masyarakat. Modul ini juga membahas bahwa siswa adalah individu yang unik dan utuh, sehingga guru harus mampu membimbing murid sesuai kodratnya.

Keterkaitan modul 1.2 membahas tentang nilai-nilai dan peran kepemimpinan guru penggerak diantaranya mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan suportif terhadap murid. Nilai dan peran tersebut sebagai Upaya mewujudkan cita-cita luhur profil pelajar Pancasila. Dalam memenuhi perannya, guru tidak cukup sebagai pemimpin di kelas, namun  juga mempunyai tanggung jawab sebagai pemimpin dalam mengelola program sekolah yang mendukung siswa.

Keterkaitan modul 1.3, ketika merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid, BAGJA diterapkan sebagai model dari pendekatan Inquiri Apresiatif. Langkah yang dilakukan, pertama dengan memetakan aset atau sumber daya sekolah dan mengembangkan aset atau potensi yang dapat dikembangkan untuk merancang program sekolah yang berdampak pada murid.

Keterkaitan modul 1.4 berhubungan dengan budaya positif. Budaya positif tebentuk dari lingkungan yang mendukung pengembangan potensi, minat dan profil belajar murid. Hal pertama yang dilakukan adalah menemukan kekuatan diri anak. Guru harus mampu mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif sehingga anak dapat tumbuh sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya.

Keterkaitan modul 2.1 sebagai seorang guru penggerak dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan pelayanan terbaik yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid.

Keterkaitan modul 2.2, seorang guru dilatih untuk mampu mengembangkan kompetensi sosial pada diri murid. Tehnik mindfullness menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah.

Keterkaitan modul 2.3 tentang coaching yang merupakan sebuah tehnik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak dan memberikan keleluasaan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi- tingginya.

Keterkaitan modul 3.1, sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang guru harus dapat mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip serta paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten, terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral.

Keterkaitan modul 3.2 Membahas tentang pengelolaan sumber daya, bahwa seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik. Hal tersebut dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah. Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan baik. Ada 7 aset atau modal yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sekolah, yaitu : modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, modal agama dan budaya. Dengan mengatahui modal atau sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus bisa memetakan 7 aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan pembelajaran di sekolah.


Perspektif tentang program yang berdampak positif pada murid

Program yang berdampak pada murid adalah program yang mampu menumbuhkan kepemimpinan murid. Untuk dapat menyusun program tersebut maka diperlukan perencanaan yang cermat dan matang. Dalam perencanaan ini dapat menggunakan model BAGJA berdasarkan kebutuhan murid sesuai karakteristik lingkungan melalui pemetaan sumber daya (modal aset) sebagai kekuatan atau potensi.

Program yang berdampak positif pada murid juga dapat diadaptasi dari praktik baik sekolah lain maupun pihak lain. Sebagai guru, dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program berdampak pada murid haruslah mendorong suara, pilihan, dan kepemilikan murid, berusaha mewujudkan lingkungan dan keterlibatan komunitas yang mendorong tumbuh kembang kepemimpinan murid sehingga murid menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. 

Demikianlah koneksi antar materi dari modul 3.3. Semoga bermanfaat.

Terimakasih.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun