Karenanya beberapa hari sebelum puncak ritual, beberapa panggung hiburan disediakan berjejer di lapangan terbuka, termasuk di depan Imah Gede. Ada panggung wayang golek, panggung dangdut, dan panggung-panggung pertunjukan tradisional lainnya. Persiapan ritual Seren Taun memang sekaligus menjadi acara pesta rakyat. Panggung-panggung pertunjukan yang membuat punggung Gunung Halimun seperti bercahaya di malam hari.
Bagi tamu yang datang, warga kasepuhan menyediakan makanan tak berbayar di Imah Gede, semacam rumah untuk menampung para tamu sebelum mendapatkan tempat menginap di rumah-rumah warga. Seluruh bahan makanan adalah hasil swadaya warga kasepuhan, diolah secara swadaya juga oleh warga kasepuhan. Tidak heran jika dapur di Imah Gede selalu sibuk dan ramai oleh orang-orang yang hilir mudik menyiapkan hidangan untuk para tamu.
Untuk listrik mereka memanfaatkan aliran air sungai yang melewati wilayah kasepuhan dengan membangun hydro power. Mereka bahkan memiliki stasiun radio dan saluran TV lokal sebagai salah satu saluran komunikasi warga kasepuhan.
Keesokan harinya, saat suara drone milik kasepuhan berdengung di angkasa merekam upacara ngadiukeun di tengah panas matahari yang terik, saya seperti lupa bahwa untuk sampai ke tempat ini, saya bahkan hampir tidak dapat duduk tenang sepanjang perjalanan, terguncang-guncang di dalam jip yang membelah jalan berbatu dan tidak beraspal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H