Hawa dingin yang menyergap kota Surabaya adalah usaha sia-sia pasukan NICA yang tak mampu bekukan gelora jiwa orang-orang merdeka,
karena semangat dan keberanian adalah sengatan panas matahari yang akrab mengumpat kepada sahabat bumi
Gunung Arjuno tak butuh kikuk menunjukkan kehadirannya,
dan perlombaan burung-burung dara adalah hal biasa yang menjelajah ruang-ruang kota,
bagai bunga-bunga tabebuya
yang menjadikan jalanan kota halaman rumahnya tanpa persetujuan yang memang tak perlu
Lukisan dan nyanyian tak perlu sungkan tampil di pusat-pusat perbelanjaan,
layaknya kepulan asap tembakau yang menjadi teman di warung kopi jalanan
atau gedung-gedung tinggi menjulang menatap kampung yang lulus ujian zaman
Kelembutannya adalah taman yang banyak terselip di tengah jembatan, atau kupu-kupu yang bebas terbang di tengah deru mesin kendaraan yang berlalu lalang
Kehidupannya menggoda
seperti aroma sate kelapa yang tak ragu berpadu dengan pedasnya rujak cingur yang tak pernah membuat jera.
Ah, sepertinya aku terlalu banyak berkata-kata.
Ayo, rek! Kita ngopi dulu, agar hidup bersama tetap terjaga.
Surabaya, 24 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H