Dari burung-burung malam yang hitam aku mendengar cerita:
tentang benih ancaman dan ketakutan yang disisakan oleh penghujung abad yang lalu,
tentang sisa kepedihan dan kesesakan yang tajamnya melebihi kepulan belerang di kawah Ijen,
tentang gurih manis dan pahit kehidupan yang ditawarkan udang-udang galah dan kepiting bakau di teluk Pang-Pang
Dari burung-burung laut yang putih terang aku memetik kabar:
tentang degub kencang hidup yang layak  dirayakan di arung perahu Petik Laut perairan Muncar,
juga tentang anggun dan berwibawa bulu merak dan kokok ayam hutan Alas Purwo yang mengiring tarian Gandrung di Sembulungan
Dari Mutiara Timur aku mendengar nyanyian sendu Sritanjung:
tentang nada tempaan roda besi menggilas batang baja yang membujur kaku dari Surabaya hingga Rogojampi,
tentang ketukan roda kereta dan patahan rel yang menempo sunyi,
juga tentang kebun coklat dan kopi yang ingin mencipta simfoni hari ini
Dengan mata hati aku hanyalah rumput:
yang kagum kepada pelangi,
yang belajar mengeja aksara agung Gunung Raung bersama kekhidmatan tulus daun mahoni
Dengan mata nurani
aku ingin memuja semesta,
juga Engkau
Sang Pencipta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H