Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sisi Lain Kehidupan Manusia sebagai Obyek Foto

18 Juni 2016   10:10 Diperbarui: 19 Juni 2016   19:37 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi seseorang hobi merupakan salah satu kegiatan yang wajib dipenuhi untuk menunjukkan salah satu kemampuannya serta untuk memuaskan diri. Bila hobi terabaikan kadang malah membuat diri stress dan mungkin merasa ada tekanan atas dirinya. Demi hobi, seseorang kadang mau mengeluarkan tenaga, pikiran, waktu, dan uang yang cukup besar. Bahkan, ada yang lebih ekstrem dengan mengabaikan orang-orang tercinta dan terdekat.

Kakak menjaga adik.
Kakak menjaga adik.
Malu difoto.
Malu difoto.
Demikian juga, bagi penggemar fotografi. Untuk memenuhi keinginannya rela mengeluarkan uang puluhan juta untuk membeli kamera, lensa, dan segala perlengkapannya. Serta memanggil fotografer pengalaman untuk berbagi ilmu dan teknik fotografi. Tentu saja harus berani membayar sekian juta hanya untuk satu-dua jam tutorial saja. 

Demikian juga meluangkan waktu demikian banyak dan menantang alam untuk mencari obyek yang menjadi sasarannya. Terutama mencari obyek makro untuk serangga tertentu yang hanya ada di tempat tertentu serta hanya bisa ditemui saat tertentu. Bahkan harus berjibaku menantang alam.

Nenek menyapu.
Nenek menyapu.
Terhalang.
Terhalang.
Saya sendiri yang suka menjelajah alam dan memotret dulu melakukan hal ini pula. Perkembangan teknologi fotografi yang demikian pesat, kini sedikit merubah pandangan saya untuk memenuhi hobi fotografi. Kamera DSLR mulai saya tinggalkan dan lebih banyak menggunakan kamera saku dan kamera dari hape android, itu pun hadiah dari Kompasiana saat menulis tentang cincin api tahun 2011 silam.

Membersihkan ikan.
Membersihkan ikan.
Dari segi teknis, memang tak sebagus DSLR. Tetapi dalam fotografi yang terpenting adalah kejelian penjepret kamera dalam menangkap obyek pada saat yang tepat. Sudut dan pencahayaan yang tepat adalah faktor pendukung belaka. Tak perlu berkecil hati bila ada yang mengatakan bahwa karya semacam ini dianggap sebagai karya dokumentasi belaka. Bila bisa menceritakan sebuah peristiwa, sesederhana apa pun ini adalah sebuah keindahan karya. Jangan terpancing dengan slogan ‘foto yang baik bisa menceritakan seribu kisah’

Tatapan cantik.
Tatapan cantik.
Menggemaskan.
Menggemaskan.
Rabu, 15 Juni 2016 kemarin, saya mengajak jalan-jalan rekan-rekan raker yayasan  ke desa dan tepian hutan sekitar lereng Bromo di Nongkojajar. Jalur dan lintasan yang tak lebih dari 10 km ternyata bisa mendapat beberapa obyek yang menarik hanya dengan kamera saku. Seperti yang terlihat di foto-foto yang saya cantumkan. Biasa saja. Tapi paling tidak bisa menceritakan sisi kehidupan manusia yang berbeda.

Pencari pasir.
Pencari pasir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun