Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sekarang Naik Kereta Api, Sungguh Nyaman!

13 Juli 2014   22:01 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:26 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Naik kereta api tut…tut…tut….

Siapa hendak turut ke Bandung – Surabaya

Bolehlah naik dengan percuma

Ayo kawanku lekas naik, kretaku tak berhenti lama

0 0 0 0

Sebuah lagu kenangan saat masih TK dan sering bepergian dari Malang ke Kebumen, atau ke Surabaya serta berkeliling dengan naik trem.

14052379561044203468
14052379561044203468

Antara tahun 90 – 93 saya pun masih pulang balik Malang - Surabaya setiap hari dengan kereta api. Tinggal di Malang dan mengajar di Surabaya.

Sekalipun kami harus membayar penuh, kecuali saat mengajar di Surabaya dengan menggunakan kartu berlangganan atau abonemen, naik kereta api bukanlah sesuatu yang nyaman dan aman. Naik kereta api, sekalipun harus membayar penuh sering tidak kebagian tempat duduk. Apalagi kereta api kelas ekonomi harus berjubel dengan pengamen, pengemis, penjual makanan, dan pencopet serta pencoleng.

Naik kereta api kelas eksekutif sedikit aman dari gangguan pencopet dan pencoleng walau tak sepenuhnya terbebas gangguan para penjaja makanan yang ada di dalam stasiun. Misalnya, saat sedang bermimpi indah dalam lelapnya tidur, jendela kereta api digedor-gedor oleh penjual makanan yang menawarkan dagangannya. Itu dulu.....

0 0 0 0

1405238215472287665
1405238215472287665

1405238252298077014
1405238252298077014
Setelah hampir 7 tahun saya tak pernah lagi naik kereta api bahkan sekedar masuk stasiun beberapa waktu yang lalu kami ke Madiun. Banyak perubahan yang saya rasakan, mulai penjualan tiket, pelayanan petugas, terjaminnya tempat duduk, kebersihan lingkungan, ketertiban dan keamanan di dalam stasiun, termasuk pemakaian kamar mandi dan toilet yang kini gratis. Ini juga saya rasakan di stasiun-stasiun Surabaya dan Madiun.

Memang perubahan ini masih perlu ditingkatkan lagi, misalnya tempat duduk di ruang tunggu yang tidak sesuai dengan jumlah penumpang. Sehingga para calon penumpang harus rela berdiri di depan stasiun untuk menunggu dibukanya peron. Anehnya, sekalipun calon penumpang sudah banyak hanya diperbolehkan masuk 3 – 5 menit menjelang kereta berangkat. Sehingga kami sedikit keponthal-ponthal. Demikian juga ketepatan waktu pemberangkatan dan kedatangan masih di bawah harapan.

Selain itu, hal yang terpenting adalah terpenuhinya rasa aman saat melintasi persimpangan jalan dan rel kereta api yang masih tanpa palang pintu dan penjagaan.

1405238342318393653
1405238342318393653

1405238377759566922
1405238377759566922

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun