[caption id="attachment_303647" align="aligncenter" width="400" caption="Sarung yang diselempangkan di leher, biasanya juga untuk menyelimuti anak yang ada di gendongan."]
Salah satu kekhususan masyarakat Suku Tengger dalam berpakaian adalah menggunakan sarung dan memakai udheng. Udheng atau ikat kepala biasanya hanya dipakai oleh kaum pria dan pada hari-hari besar seperti Kasada, Karo, Unan-unan, Tirto Aji, dan Entas-entas atau pada saat ibadat di vihara atau di pura. Sedangkan sarung merupakan pakaian sehari-hari yang digunakan oleh pria wanita baik tua maupun muda.
Pemakaian sarung oleh kaum pria dan wanita berbeda sekali. Kaum pria memakai dengan cara dibuka dan dimasukkan lewat atas kepala lalu diselempangkan di badan. Bukan dibebedkan atau disarungkan mulai dari perut hingga mata kaki seperti layaknya kaum pria tempat lain jika memakai sarung. Tujuan semula pemakaian sarung adalah untuk melindungi tubuh dari dinginnya cuaca dan teriknya matahari saat bekerja di ladang. Sarung kaum pria paling disuka adalah warna hijau, merah, biru, dan ungu.
Pemakaian sarung oleh kaum wanita dengan cara menyatukan atau mengikatkan salah satu ujung bawah dan ujung atas sarung lalu dikalungkan di leher sehingga terjuntai ke belakang. Tujuannya selain untuk melindungi badan dari terik dan dinginnya cuaca juga untuk melindungi bayi yang di gendong di punggung, bukan pinggang.
Sarung kaum wanita lebih cenderung dengan motif batik Pekalongan dan Madura dengan warna-warna pucat, sekalipun kadang memakai motif dan warna seperti kaum pria.
[caption id="attachment_303645" align="aligncenter" width="326" caption="Seorang wartawan berusaha tampil dengan sarung gaya Suku Tengger, namun memakai ala wanita Tengger. Sudah diberitahu tapi rupanya ingin tampil beda...."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H