Pada masa kini, menemukan sungai yang jernih airnya dengan bebatuan yang tertata secara alami serta gemercik air yang keluar dari mata air dari tebing ( Jawa: belik ) di pinggir sungai dengan rerimbunan pohon sangatlah sulit. Termasuk yang ada di wilayah pedesaan. Perubahan peruntukan lahan dari pertanian menjadi perumahan dan tercemarnya sungai karena polusi akibat aktifitas manusia menjadi sebab utama. Suara celoteh anak-anak yang sedang mandi sambil bermain di lubuk ( Jawa: kedhung ) hanya sebuah cerita lama para orangtua yang kini tinggal di kota.
Di beberapa tempat, seperti di wilayah timur dan barat Malang, Sleman, Lumajang, Blitar, dan Kebumen masih bisa ditemui. Namun polusi akibat pembuangan sampah non organik seperti bungkus shampo, sabun, pupuk, dan pestisida, atau botol air minum dan makanan kemasan sudah tampak.
Di salah satu sudut wilayah Sleman, tepatnya di Desa Dalem, Widodo Martani ada sebuah lubuk dari anak Sungai Opak yang mengalir jernih dan segar. Sekelompok mahasiswa yang melakukan KKN, menyebut lubuk tersebut sebagai ‘blue lagoon’ Bersama masyarakat, mereka memperbaiki jalan setapak dan membersihkan wilayah tersebut serta menjadikan sebuah tempat wisata sederhana yakni “Pemandian Tirta Budi”
Blue Lagoon ini, sebenarnya sebuah lubuk yang ada di bawah dam atau bendungan kecil yang dibangun pemerintah untuk membagi aliran anak Sungai Opak untuk mengairi ratusan sawah yang membentang luas di wilayah tersebut.
Dengan luas sekitar 30 meter persegi dan kedalaman 3 m, jika dalam keadaan tenang maka airnya tampak biru. Inilah yang menjadi daya tarik untuk mandi dan bermain di sana. Selesai mandi dan bermain ( Jawa: byos-byosan ), bisa membilas diri dengan mandi di pancuran mata air ( Jawa: belik ). Tentunya dipisahkan bagi pria dan wanita. Tidak boleh campur. Bagi kaum pria mandi di belik lanang, dan kaum wanita di belik wedok. Jika tidak terbiasa karena kuatir dilihat dan difoto orang lain, sudah disediakan kamar mandi sederhana.
Pada hari biasa, yang berkunjung di tempat ini hanyalah warga dari desa setempat dan tetangga yang jumlahnya tak lebih dari 20 – 30 orang. Tetapi pada masa liburan, banyak pengunjung dari wilayah lain termasuk luar kota dengan jumlah sekitar 70 – 100 orang. Jumlah yang tak terlalu banyak bagi sebuah desa wisata untuk mendongkrak perekonomian warga setempat.
Untuk masuk ke blue lagoon ini, pengunjung wajib membeli karcis seharga 3000 rupiah perorang . Beaya parkir sepeda 1000 rupiah, sepeda motor 2000 rupiah, dan mobil 3000 rupiah. Sebuah harga yang amat murah, sekedar untuk perawatan sarana dan prasarana dan dana pembangunan desa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H