Mengacu pada pendapat ilmiah mengatakan bahwa kaldera di Gunung Bromo, pada awalnya adalah sebuah danau vulkanik yang terbentuk akibat terlemparnya puncak gunung di dataran tinggi pada saat letusan hebat pada masa lalu. Kemudian sisa puncak itu runtuh ke bawah akibat kosongnya dapur magma setelah semua tertumpahkan saat letusan pula. Pertanyaan pun timbul dalam benak saya, jika memang kaldera Bromo pada awalnya adalah sebuah danau, mengapa sekarang menjadi kering dan kemana air mengalir?
Dalam tulisan saya Mengamati aliran air hujan di Kaldera Gunung Bromo dan Watu Kutho Bekas Kepundan Kuno di tengah Kaldera Bromo menerangkan aliran air hujan di Kaldera Bromo dari bagian utara, timur, dan selatan serta sisi timur Gunung Kursi, Bromo, dan Gunung Batok juga sisi barat tebing-tebing Gunung Pundak Lembu yang mengalir dan meresap ke dalam perut bumi di wilayah Watu Kutho. Dan disitu pula bisa disimpulkan tempat meresapnya air danau vulkanik sebelum menjadi kaldera pada ribuan tahun silam.
Wilayah Ledokan diapit oleh tebing tinggi Gunung Pundak Lembu di sisi timur dan Gunung Watangan di sisi barat. Karena jarak antara sisi barat dan timur hanya antara 600 – 1.000m saja maka ada wilayah yang menyempit sehingga menjadi aliran air menuju ke selatan dan barat daya Kaldera Bromo. Titik awal aliran air ini tepat berada di wilayah garis perbatasan Malang - Probolinggo yang ada di wilayah Adasan. Disebut daerah Adasan karena banyak ditumbuhi bunga adasan atau adas pulosari.
Melihat hamparan Kaldera Bromo dari atas Bantengan yang ada di wilayah Lumajang dan Jemplang yang ada di wilayah Malang, parit ini tampak demikian mempesona karena dari sempit dan dangkal lalu menjadi lebar dan dalam mengarah ke selatan dan barat daya Kaldera Bromo. Lebarnya bervariasi antara 10 – 30m dan kedalamannya antara 7 – 22m.  Bentuk jurang atau lembahnya lebih banyak berbentuk V daripada U. Sehingga amat berbahaya untuk dituruni dan dijelajahi tanpa perlengkapan yang memadai apalagi dilakukan sendirian seperti yang pernah penulis lakukan. Bahkan, dasarnya ada yang lunak seperti rawa-rawa atau lobang di antara bebatuan cadas yang bisa saja runtuh karena tekanan injakan dan menjepit kaki kita saat terpereset. Bahkan ada kedalaman yang saya ukur lebih dari 5m padahal lebarnya tak lebih dari 0,60 cm. Hal ini tentu saja bias menjepit badan siapa pun yang terperosok kedalamnya karena bentuknya mengerucut V seperti yang saya sebut di atas.  Apalagi lobang ini nyaris tak terlihat karena tertutup rerumputan.
Di sinilah saya mencoba untuk mengetahui apa sebenarnya lembah ini. Apakah sekedar tempat mengalirnya air hujan dari wilayah timur hingga barat laut Kaldera Bromo. Ataukah ada peristiwa lain yang menyebabkan terbentuknya lembah ini. Mengapa pula lembah ini hanya ada di wilayah barat daya Kaldera Bromo?
Kalau kita mengamati pada foto B di artikel ini yang saya screenshoot dari google.map tampak jelas bahwa tebing-tebing mulai dari barat hingga selatan ( sesuai dengan arah jarum jam ) kaldera Bromo  kemiringannya antara 75° - 90°. Bila didekati terlihat jelas patah-patahan memanjang dan strukturnya berupa batuan cadas, ini bisa membuktikan bahwa dulu terjadi penurunan atau amblesnya danau vulkanik akibat kosongnya dapur magma.
Pada beberapa titik dengan jarak sekitar 20 – 50 m di dinding lembah terbawah di kedalaman 7 – 11m, saya mengetuk-ngetuk dan mengorek dan bisa dilihat struktur tanahnya adalah bebatuan cadas dan kadang menemukan patahan bebatuan memanjang antara 3 -5m. Apakah ini menunjukan justru di wilayah barat daya kaldera terjadinya amblasnya danau vulkanik tak sehebat di sisi barat hingga selatan?