Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjaga Kelestarian Alam & Budaya Masyarakat Suku Tengger

3 Oktober 2011   10:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:23 1473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menjelajah Hutan, Alam, & Budaya (Sekitar) Malang - Bagian 5

Berbicara tentang Bromo, sebenarnya berbicara juga tentang Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, yang meliputi wilayah kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan Malang. Namun, kebanyakan orang lebih mengenal Bromo berkaitan dengan Upacara Yadnya Kasada di kawah Bromo dalam legenda Rara Anteng dan Jaka Seger pada masyarakat Suku Tengger dan pemandangan spekatakuler matahari terbit dan kawah Bromo serta puncak Semeru yang anggun dan gagah.

[caption id="attachment_133678" align="aligncenter" width="475" caption="Puncak Batok, Bromo, dan Semeru dilihat dari Penajakan"][/caption]

Ada 5 alasan wisatawan berwisata ke Gunung Bromo.

Pertama, ingin melihat matahari terbit dan pemandangan luar biasa melihat puncak Gunung Batok, Gunung Bromo, dan Puncak Semeru dari Penanjakan yang berada di wilayah Pasuruan.

[caption id="attachment_133679" align="aligncenter" width="429" caption="Matahari terbit dilihat dari Penanjakan"][/caption] Ke dua, berkuda dari Ngadisari yang ada di wilayah Probolinggo ke Pura Poten dan dilanjutkan ke kawah Bromo.

[caption id="attachment_133681" align="aligncenter" width="455" caption="Menuju kawah Bromo"][/caption]

Ke tiga, menjelajah alam (padang rumput Adasan di tenggara Gunung Bromo dan Gunung Kursi dan ladang edelweiss di barat Gunung Bromo dan Gunung Widodaren) sekedar untuk kesenangan atau menghilangkan kejenuhan aktifitas kehidupan kita yang rutin dan membosankan. Penjelajah ini kebayakan adalah kaum eksekutif yang melakukan dengan cara hash, bersepeda, crosser, atau dengan kendaraan offroad.

[caption id="attachment_133682" align="aligncenter" width="449" caption="Offroader di daerah Adasan, 4 km tenggara Gunung Bromo"][/caption] Ke empat, mendaki Gunung Semeru atau Puncak Mahameru. Yang ditempuh melalui Tumpang, Malang atau Senduro, Lumajang.

Ke lima, melihat ritual Upacara Yadnya Kasada yang berkaitan dengan upacara sembah saji bagi Sang Brahma yang telah memberikan kehidupan dan kemakmuran bagi lapisan masyarakat Suku Tengger.

Kelompok ini, saya sebut sebagai sekedar penikmat alam daripada pecinta alam.

Selain itu, ada juga 3 alasan mengapa orang berkunjung dan tinggal bersama Suku Tengger di Bromo.

Pertama, ingin lebih dekat dengan masyarakat Suku Tengger dengan segala sisi kehidupannya yang masih berpegang teguh pada budayanya yang berdasarkan penelitian merupakan peninggalan Mahapait. Kegiatan ini justru lebih banyak dilakukan oleh para peneliti dari manca negara yang rela tinggal berminggu-minggu bersama masyarakat Suku Tengger.

[caption id="attachment_133687" align="aligncenter" width="477" caption="Seorang guru SD dari Negeri Belanda tinggal di antara masyarakat Suku Tengger"][/caption]

[caption id="attachment_133688" align="aligncenter" width="493" caption="Philipe Blonde dari Perancis "][/caption] Sehingga mereka lebih mengenal, memahami, dan menguasai alam, budaya, dan bahasa Suku Tengger. Memang banyak, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di negeri ini yang mengadakan KKN di sana. Tetapi tidak pernah lebih dari 10 hari. Dan setelah itu, tak ada kabar atau wujudnya hasil penelitian mereka. Parahnya, para mahasiswa lebih cenderung sekedar menikmati alam dari pada meneliti dan memeliharanya. Saat tak ada kegiatan, merupakan saat yang tepat untuk bergaul dengan penduduk sering digunakan untuk berasyikmasyuk dengan pasangannya di antara ladang penduduk.

Ke dua, ingin mendapatkan ketenangan hidup dan kedekatan dengan Sang Ilahi, Sang Murbaning Dumadi (asal dan tujuan hidup manusia), sesuatu yang sulit dilakukan di kota. Para pelaku ini, sering dianggap orang lain sebagai orang yang ‘lemah imannya’ Dan kehidupan rohaninya dianggap sebagai ‘spiritualitas’ saja daripada ‘religiusitas.’ Lelaku yang sering dilakukan, misalnya ‘menyepi dan bersemedi’ sering dianggap sebagai sesuatu yang tidak lumrah, menyimpang, dan bahkan ‘klenik.’ Padahal, apa yang mereka lakukan adalah wujud ‘kontemplasi’ dan upaya penyatuan diri mereka sebagai ‘alam alit’ dan keseluruhan alam semesta sebagai ‘alam ageng’ Mereka melakukan ini di Goa Widodaren atau di tempat yang jauh dari jangkauan orang lain. Atau ikut dalam ritual budaya yang berbau ‘animisme dan dinamisme’

[caption id="attachment_133684" align="aligncenter" width="514" caption="Salah satu kegiatan di Vihara Paramitha"][/caption]

Ke tiga, sekedar ingin mengenal alam (keadaan geologi) dan segala yang terkandung (flora dan fauna) di dalamnya. Ini sering dilakukan oleh para pemerhati dan pecinta alam, namun bukan untuk penelitian. Termasuk kelompok ini adalah para pemburu tanaman liar dan fotografer.

Kemajuan jaman dan teknologi informasi memang banyak merubah wajah dan kehidupan dan budaya masyarakat Suku Tengger. Sikap bijaksana dan arif dalam memahami dan menerima serta memelihara adat mereka yang merupakan kearifan lokal yang adiluhung haruslah didukung. Mempengaruhi mereka untuk hidup lebih ‘modern’ tanpa menghargai budaya mereka justru akan merusak dan menghilangkan keindahan yang selama ini kita banggakan.

Jika orang luar begitu, senang, bangga, dan tertarik. Apa yang bisa kita lakukan untuk mereka ? Sekedar jadi penikmat atau mempengaruhi mereka lewat gaya hidup kita? Atau bersikap semau gue yang lambat laun menghancurkan alam dan budaya yang tercinta ini ?

[caption id="attachment_133691" align="aligncenter" width="435" caption="Entas-entas, salah satu upacara pada masyarakat Suku Tengger"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun