Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Luangkan Waktu Untuk Keluarga

7 Mei 2014   17:41 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:46 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Target sebuah lembaga yang menyita waktu.

Tuntutan profesionalisme dalam pekerjaan dan dunia pendidikan pada masa kini, semakin banyak menyita waktu. Waktu bekerja yang secara hukum sebenarnya delapan jam perhari bisa mencapai 10 – 11 jam untuk lembur atau presentasi dan segala macam urusan demi tercapainya sebuah target perusahaan atau lembaga tempat bekerja.

Demikian juga tentang pendidikan anak-anak di sekolah, waktu belajar yang seharusnya enam jam kini sering membengkak menjadi tujuh hingga delapan jam. Penambahan ini selain untuk kegiatan ekstra kurikuler, juga untuk kerja kelompok di sekolah, dan segala macam kegiatan yang ‘dianggap’ demi kemajuan sekolah dan anak. Belum termasuk tugas dari guru yang harus diselesaikan di rumah baik secara pribadi dan kelompok.

1399433935237805902
1399433935237805902

Terputusnya komunikasi keluarga, orangtua dan anak.

Orangtua yang sibuk pada akhirnya menyerahkan pendidikan putra-putrinya pada sekolah sepenuhnya. Keadaan semacam ini dibaca oleh mereka yang hanya memandang dunia pendidikan dari segi bisnis. Berdirinya sekolah-sekolah ‘fullday’ merupakan akibat dari keadaan semacam ini. Orangtua yang capai, lelah, merasa tak mau dibebani lagi dengan masalah kebutuhan anak akan kasih sayang sering memindahkannya dengan bentuk perhatian lain atas nama masa depan anak dengan segala macam kegiatan. Misalnya kursus bahasa asing, ballet, piano, melukis, tarik suara, dan olahraga. Tanpa disadari, semua ini akan mengurangi, menyita, dan bahkan memutus komunikasi antara suami dan istri serta anak dan orangtua. Komunikasi orangtua dan anak-anak yang sibuk kini mulai digantikan dengan teknologi informasi yang bernama hape lewat sms. Komunikasi orangtua dan anak hanya dengan kata-kata kosong. Jika menggunakan suara pun hanya sebentar demiirit pulsa dan tidak saling terganggu tugasnya. Komunikasi bukan lagi secara verbal dengan tatapan atau pandangan mata ( hati ) yang penuh arti.

13994339581719020081
13994339581719020081

Perlunya pengorbanan orangtua.

Tuntutan pekerjaan dan pendidikan sekolah seperti ini, tampaknya memang sulit dihindari. Namun masalah keluarga bukanlah masalah profesionalisme dan sosial tetapi tentang hati. Masalah pendidikan bukanlah masalah tentang mendapatkan pengajaran dan ilmu pengetahuan saja, lantas diserahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah atau sebuah lembaga. Orangtua hanya pasrah bongkokan ( pasrah semuanya ). Pengorbanan orangtua harus menjadi pilihan utama. Bila perlu salah satu harus rela menjadi orangtua ‘fullday’ Disinilah komunikasi dan rasa saling pengertian menjadi yang utama. Apakah sang ibu atau sang ayah yang harus menjadi orangtua ‘fullday’

Jika memang juga sulit dihindari untuk meninggalkan pekerjaan, maka sebaiknya dipertimbangkan siapa yang berani berkorban untuk membagi waktu lebih banyak untuk keluarga. Tentu saja, salah satu hanya bisa bekerja hanya sebatas karyawan atau tenaga pelaksana tanpa bisa mengembangkan karir. Sehingga bisa menjadi orangtua, guru, teman, atau sahabat bagi putra-putrinya. Bukan dengan sekedar memenuhi kebutuhan materi.

1399433979747127351
1399433979747127351

Pentingnya kebersamaan dalam keluarga.

Banyak keluarga masa kini yang berpendapat bahwa jumlah waktu kebersamaan tak terlalu penting. Terpenting adalah kualitas pertemuan. Bagaimana mungkin pertemuan dengan waktu yang minim bisa membangun nilai kebersamaan yang penuh arti. Komunikasi semacam ini hanya akan berjalan searah. Anak bisa menceritakan pengalamannya namun tidak bisa menyampaikan keluh kesah segala pengalaman paitnya. Atau anak bisa menceritakan kisah sedihnya dan orangtua hanya sebatas mendengar lalu menyalahkan tanpa memberi pemecahan dengan belaian kasih sayang dan kata-kata lembut yang menyegarkan.

Luangka waktu untuk keluarga.

Kami sibuk! Anak-anak juga banyak tugas dari sekolah! Itu sering terlontar dari orangtua masa kini. Benarkah tak ada waktu? Ataukah memang tak menyediakan waktu? Masing-masing asyik dengan gadget dan kesenangannya sendiri-sendiri.

Inilah yang bisa dilakukan dalam keluarga dengan meluangkan waktu:

-Sholat atau beribadah bersama. Setidaknya sehari sekali.

-Bekerja bersama mulai dari memasak atau membersihkan rumah serta merawat taman atau kebun.

-Makan bersama tentunya dengan berdoa bersama dahulu. Setidaknya sehari sekali. Syukur jika bisa dua kali sehari. Sarapan dan makan malam bersama.

-Belanja bersama. Entah demi kebutuhan dapur maupun pakaian.

-Bermain di luar bersama. Pergi ke taman kota pada sore lalu makan bersama di warung atau rumah makan. Luangkan waktu setidaknya dua kali seminggu.

-Olahraga bersama. Setidaknya seminggu sekali. Minggu pagi jogging atau jalan sehat bersama lalu ( sekali lagi ) makan bersama di sebuah warung lesehan atau rumah makan.

-Rekreasi dan mencari tantangan baru. Pergi ke pinggir hutan, mendaki gunung atau bukit, menyusuri sungai ( arung jeram ), flying fox, terbang layang, dan masih banyak lagi.

Masih banyak lagi nilai-nilai positif meluangkan waktu demi sebuah kebersamaan.

[caption id="attachment_306366" align="aligncenter" width="400" caption="Orang desa pun menyempatkan diri makan bersama dalam keadaan apa pun..."]

13994340171542585917
13994340171542585917
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun