[caption id="attachment_303322" align="aligncenter" width="547" caption="Tiga ratus meter menjelang Coban Pelangi"][/caption]
Jika suka berpetualang di alam terbuka dengan jalanan yang cukup terjal, curam, dan berliku penuh tikungan tajam cobalah sekali waktu mengunjungi wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru melalui Malang, lewat Tumpang, Gubuk Klakah, dan Ngadas.
Jalur ini sekarang memang ramai bagi pengunjung Gunung Bromo maupun para pendaki yang akan mendaki ke Puncak Maha Meru. Maka sejak dua tahun terakhir perbaikan dan pengaspalan telah dilakukan terutama di jalur Ngadas – Jemplang dan Jemplang – Ranu Pani. Perbaikan prasarana transportasi bukan sekedar untuk memperlancar kunjungan wisata tetapi juga memperlancar pemasaran hasil bumi dari wilayah Suku Tengger di empat wilayah Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan Malang.
[caption id="attachment_303323" align="aligncenter" width="400" caption="Dua ratus meter setelah Coban Pelangi"]
Jalur Ngadas – Jemplang – Ranu Pani boleh dikatakan cukup halus dengan aspal hotmix, namun bukan berarti tanpa tantangan yang membahayakan. Di jalur Bantengan, kelengahan sedikit akan membawa kita terjun bebas setinggi lebih kurang 100 – 200m ke wilayah adasan di kaldera di tenggara Gunung Bromo. Lebar jalan di jalur ini hanya sekitar tiga setengah meter atau empat setengah meter dengan bahu jalan.
[caption id="attachment_303325" align="aligncenter" width="300" caption="Seratus meter setelah tingkungan pertama di foto ke 2."]
Jalur yang masih membahayakan dan bisa dikatakan jalur maut adalah Coban Pelangi – Ngadas. Pengerasan jalan yang lebarnya antara 3 – 4m di sini masih dengan pengecoran semen yang akan menjadi licin pada saat musim hujan. Licin disebabkan oleh lumut-lumut tipis yang tumbuh di jalanan yang kurang sinar matahari dan pasir-pasir lembut yang terbawa air akibat erosi dari tebing di kiri kanan jalan. Tanjakan menuju Ngadas atau turunan dari Ngadas dengan kemiringan antara 30° - 45° dan tingkungan hingga 345° Sungguh suatu tantangan yang menarik!!!
Salah perhitungan, kesembronoan, dan tak sabar atau kurang hati-hati akan mengakibat kecelakaan fatal. Apalagi tak ada penerangan listrik sama sekali.
[caption id="attachment_303326" align="aligncenter" width="400" caption="Tanjakan atau turunan 40* dengan tikungan 340* jurang di tepinya sedalam lebih dari 200m!"]
[caption id="attachment_303327" align="aligncenter" width="450" caption="Tikungan maut dilihat dari Google Maps. Tampak di bawahnya sungai yang mengalir menjadi air terjun Coban Pelangi."]
[caption id="attachment_303328" align="aligncenter" width="400" caption="Pertigaan Desa Ngadas dan Dusun Jarak Ijo, tempat bertemu tiga sosok pembawa obor!"]
Foto-foto di atas hanya menggambarkan sebagian daerah rawan atau berbahaya karena jalur ini sepanjang 19 km. Bila berniat berkunjung atau berpetualang di sini disarankan hanya menggunakan kendaraan manual dan memakai gigi 1 atau 2 saja!
Selamat berpetualang….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H