[caption id="attachment_320331" align="aligncenter" width="450" caption="Adas, banyak tumbuh di Kaldera Bromo ( Adasan ) bermanfaat menyembuhkan batuk dan tenggorokan serta memberi kesegaran dansemangat."][/caption]
Hidup sehat, segar, dan bahagia serta dapat melakukan semua kegiatan yang diinginkan juga dapat berkumpul bersama dengan orang-orang terkasih memang harapan siapa saja. Namun keadaan nyaman seperti ini kadang membuat seseorang menjadi lupa dan tak dapat mengendalikan diri. Hidup tanpa perhitungan. Apa saja yang dipandang menarik dianggap enak dan disantap. Pepatah Jawa mengatakan ‘ora ana paite klerek’ Artinya tak ada rasa pahit sekalipun makan lerak. Lerak adalah buah yang dapat dijadikan sabun dan rasanya pahit sekali serta beracun.
Ketika mengalami sakit akibat gaya hidup dan pola makan yang salah atau kurang kontrol, barulah menyadari akan kekeliruannya. Lalu memeriksakan kesehatan ke dokter secara rutin dan berharap segera sembuh. Namun ketika penyakit tak segera hilang dan kesembuhan tak segera datang, rasa putus asa pun menyerang diiringi rasa stres bahkan depresi. Pemeriksaan secara medis pun kadang ditinggalkan dan mencari penyembuhan tradisional. Bahkan penyembuhan alternatif lewat paranormal. Penyembuhan atau pengobatan secara tradisional memang baik. Demikian juga penyembuhan alternatif juga tak salah, ada bukti bahwa lewat penyembuhan alternatif membawa hasil positif. Namun untuk penyembuhan penyakit medis yang secara kasat mata tampak maka penyembuhan secara medis adalah yang paling tepat dilakukan secara rutin dan teratur. Minum jamu tradisional dari tanaman obat keluarga ( toga ) atau apotek hidup yang umum dan jamak dipakai untuk mempercepat kesembuhan sebaiknya dikonsultasikan dahulu dengan dokter apakah ada efek samping jika harus bersamaan degan minum obat.
Beberapa tanaman tradisional seperti : jae merah ( Zingiber Officinale Robx ), adas atau adasan ( Foenicilum Vulgare Mill ), kumis kucing ( Orthosiphon Aristatus ), murbei ( Morus Alba ), degan kelapa hijau, tempuyung ( Sonchus Arvensis L ) dan beberapa tanaman yang kita kenal memang terbukti berkhasiat dan dapat diminum secara bebas.
[caption id="attachment_320334" align="aligncenter" width="450" caption="Tempuyung, banyak tumbuh di pinggir ( pematang ) sawah."]
Bagaimana dengan jamu alternatif pemberian paranormal.
Seseorang yang sedang menderita sakit hebat, terkadang ia dan keluarga yang merawatnya tertekan kesadarannya lalu berusaha mencari kesembuhan alternatif lewat paranormal. Biasanya para paranormal ini unjuk gigi dengan mantra-mantra dan jamu-jamu aneh.Jamu-jamu alternatif aneh yang dimaksud disini adalah jamu atau bahan pengobatan yang berasal dari alam, bisa tanaman atau hewan, namun belum teruji khasiatnya secara empiris. Boleh jadi bagi seseorang membawa manfaat dan kesembuhan, namun menurut hemat penulis lebih disebabkan faktor sugesti. Jamu-jamu tersebut misalnya: cindhil atau anak tikus yang baru dilahirkan akan memberi kekuatan fisik bagi pekerja keras jika ditelan mentah-mentah saat masih hidup. Empedu kambing, hati ayam atau ceker ayam setengah matang, pangkal rotan hutan, rumah manyang ( rumah tawon kecil yang terbuat dari tanah ), daging kodok ijo, dan masih banyak lagi.
Ada satu contoh berdasarkan pengalaman penulis beberapa minggu yang lalu. Seorang yang penderita hepatitis B diantar keluarganya minta dicarikan sebuah pangkal rotan hutan yang ada di sekitar kebun rumah kami. Pangkal rotan ini akan direbus dengan batang ilalang dan airnya akan diminum untuk menyembuhkan penyakitnya yang menurut mereka akibat ‘diganggu orang lain yang iri dengan karirnya’ Heran juga seorang kepala bagian di sebuah dinas pemerintah yang notabene berpendidikan masih saja berpikir lain tentang kesehatan dan kesembuhannya. Dari penuturannya, sebenarnya ia telah berobat ke beberapa dokter dan rumah sakit. Hanya karena ketidaktaatan pada nasehat dokter serta kedisiplinan minum obat secara rutin sehingga kesembuhan tidak datang. Pikiran kurang tepat bahwa ia disantet pun muncul di benaknya. Oleh seorang paranormal ( entah siapa ) ia dianjurkan menemui saya dan mencari pangkal rotan di hutan dekat rumah kami. Terdorong rasa empati tentu saja, saya tak menolak untuk membantu mencari. Tentu saja, saya menganjurkan tetap berobat ke dokter dan rajin minum obat.
Pangkal rotan dan batang ilalang masih bisa diterima dengan akal. Namun mencari rotan di hutan-hutan Jawa sangatlah sulit. Apakah pangkal rotan bisa diganti dengan gagang kebus atau pegangan bulu-bulu pembersih debu?
Bagaimana pula dengan seorang penderita kanker usus yang harus minum darah burung gagak atau yag baru operasi besar harus minum air seduhan jamur kayu agar cepat sembuh?
[caption id="attachment_320341" align="aligncenter" width="450" caption="Ini jamur. Bukan jamu."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H