Sandya Kalaning Budaya Tanah Jawa (1)
Nyai Roro Kidul, Ratu Penguasa Laut Selatan?
Dalam mitologi budaya Jawa, ada dua penguasa besar di Laut Selatan Pulau Jawa. Pertama adalah Nyi Roro Kidul, dan kedua adalah Bajul Putih yang merupakan jelmaan dari Prabu Dewata Cengkar dari Kerajaan Medang Kemulan yang telah dikalahkan oleh seorang Brahmana dari India yang bernama Ajisaka. Namun masyarakat lebih mengenal dan menghormati Nyi Roro Kidul sebagai penguasa tunggal lautan selatan Pulau Jawa yang terkenal ganas dan liar serta gelombangnya yang tinggi.
Terlepas dari pandangan bahwa Nyi Roro Kidul hanya sebuah mitos belaka, namun kenyataan sampai saat ini masyarakat tradisional masih menghormati ‘ketokohan’ Nyai Roro Kidul sebagai wanita atau ratu nan cantik, lemah gemulai, anggun, semampai, berwibawa, dan amat berkuasa di pesisir selatan Pulau Jawa mulai dari Grajagan (Banyuwangi- Jawa Timur) sampai Pantai Ayah (Kebumen, Jawa Tengah) bahkan Pantai Pangandaran.
[caption id="attachment_160079" align="aligncenter" width="641" caption="Nyi Roro Kidul Penguasa Laut Selatan dalam lukisan. from google"][/caption]
Hampir setiap tahun, dengan tradisi berbeda setiap wilayah di pesisir selatan Pulau Jawa mengadakan upacara ‘larung sesaji’ sebagai persembahan kepada Nyi Roro Kidul. Walaupun upacara itu kini telah diinkulturasi menjadi upacara syukur kepada Tuhan atas panen ikan yang melimpah para nelayan serta mohon keselamatan dalam mengarungi Samudra Hindia.
Ditolak Nyi Roro Kidul
Tergilitik, akan ketokohon Nyi Roro Kidul dan kesakralan laut selatan yang dulu diceritakan bahwa laut selatan tidak bisa diarungi oleh nelayan, yang ternyata hanya isapan jempol saja. Kenyataan banyak nelayan berani mengarungi dan mencari ikan walau hanya dengan kapal layar motor!
[caption id="attachment_160080" align="aligncenter" width="618" caption="Pantai Ayah Kebumen Jawa Tengah"]
Pagi,27 Desember kami meninggalkan lereng Gunung Semeru menuju ke Pantai Sendang Biru, Malang Selatan. Perjalanan ini kami tempuh selama kurang lebih 2,5 jam dan selanjutnya menuju Pantai Sendang Biru dan Pulau Sempu untuk menyisir pantai selatan Pulau Jawa sepanjang kurang lebih 600 mil menuju Pantai Samas atau Pantai Ayah di pesisir selatan Jawa Tengah. Rencana yang telah kami susun selama 3 tahun ini berantakan. Berdasarkan pertimbangan ‘cuaca esktrim’ oleh pihak keamanan pantai maka perjalanan tidak boleh dilaksanakan. Menurut kami, memang cuaca mendung dan badai nampak bergemuruh di 3 mil dari garis pantai namun ini sudah merupakan hal biasa bagi nelayan dan orang yang suka petualangan. Kami rasa bukan alasan itu yang melarang kami untuk mengarungi ‘petualangan’ ini. Dihantamnya kapal para ‘pelarian Iran’ oleh keganasan ombak laut selatan yang menelan korban sekitar 80 orang adalah alasan paling tepat oleh pihak keamanan.
[caption id="attachment_160082" align="aligncenter" width="638" caption="Pantai Sendang Biru, Malang"]
“ Nyi Roro Kidul rupanya nggak senang kehadiran bapak sekeluarga....” kata Mas Prayit sang nahkoda kapal.
“ Kamu percaya adanya Nyi Roro Kidul?”
“ Tiga bulan yang lalu, kapal ini dihantam ombak yang tidak begitu besar dekat Pulau Ismaya. Kapal dan kami selamat semua. Tapi herannya, Paidi yang berada di tengah buritan kok malah tersedot ombak dan untunglah dapat kami tolong dengan menariknya kembali…”
[caption id="attachment_160089" align="aligncenter" width="515" caption="Pantai Watu Godheg, Lumajang"]
Walaupun kami telah membayar uang muka perjalanan yang tidak murah, perjalanan menyusuri kerajaan Sang Ratu pun kami batalkan. Bukan karena takut,namun di mana bumi diinjak di situ langit harus dijunjung! Entah kapan petualangan ini terlaksana.
Barangkali Nyi Roro Kidul sedang perpesta ( narkoba )dengan para imigran dari Iran, sehingga menolak kami….
[caption id="attachment_160095" align="aligncenter" width="730" caption="Cantik, indah, tenang, dan menawan."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H