Jam masih menunjukkan angka sekitar 10 lebih sedikit ketika seorang muda berpakaian gaya petualang dengan segala aksesorisnya menghentikan mobil 4 WDnya di depan gubuk kami yang ada di samping perbukitan. Lalu dengan santainya tapi agak ragu ia bersama sopirnya menjeprat-jepret kameranya mengambil pemandangan yang kala itu cerah dan indah. Setelah puas ia mendekati kami dan memperkenalkan diri sebagai seorang eksekutif muda perusahaan pembeayaan di Surabaya yang sedang menyempatkan diri untuk menikmati hari libur. Sebut saja namanya, Jhoni.
Setelah beberapa saat berbincang secara jujur minta diantar untuk mencari sebuah pohon kelapa. Tentu saja dengan sedikit heran aku menjawab bahwa di desa kami tak ada pohon kelapa. Tampaknya ia agak kaget dan raut mukanya sedikit kecewa.
“ Di gunung tak mungkin ada pohon kelapa, Mas.... Bahkan pohon aren saja juga tak ada.”
“ Seseorang memberitahu bahwa di sekitar ini ada. Itu lho Mas, kami butuh sebatang lidi dari gunung....”
“ Oh....sada lanang?” sahutku spontan.
“ Eh..eh...eh... iya bener. Mas eh bapak punya?”
“ Gak punya, tapi kalau keris tanpa luk untuk senjata punya.....”
“ Bapak....bisa membantu saya mencarikan?”
“ Menunjukkan pohon kelapanya bisa. Kalau mencarikan gak boleh, Mas harus mencari sendiri.....”
0 0 0 0 0
Di depan perapian dapur rumah kami, dia dan temannya berbincang-bincang dengan kami sambil menyeruput kopi asli campuran jagung dan karak yang telah disangan.
“ Wah nikmat kopinya....” katanya. Aku tahu dia basa-basi. Mana ada kopi campur jagung dan karak bisa nikmat selain agak pahit juga bisa membuat kembung perut jika tak terbiasa.
Dari pembicaraannya, terungkap bahwa dia seorang yang sedang menanjak karirnya sebagai seorang pimpinan perusahaan. Namun ia sering merasa tersiksa dengan beban berat tanggungjawab dan intrik sesama teman yang ingin menggapai prestasi. Pulang kadang sampai jam 7 bahkan jam 9 malam. Ketika sampai di rumah rasa lelah dan capai begitu menggelayut. Bahkan susah tidur. Dan yang paling menjengkelkan serta mengerikan istrinya sering uring-uringan karena ia tak bisa mengajak berkelana di awang-awang jagad surga dunia.
Tak sudi tertekan di kantor dan di rumah, apalagi di ranjang, ia pun berusaha mencari pengobatan alternatif lewat teman-temannya. Salah seorang temannya lalu menghubungkan dia dengan seorang paranormal yang sering memasang iklan di majalah kuning. Paranormal tersebut menyarankan agar dia mencari sebatang lidi atau sada lanang di bawah pohon kelapa yang ada di daerah gunung.
0 0 0 0 0
Jam 12 siang, dia dan temannya kuajak turun ke rumah kakak kami di Desa Kunci. Jaraknya kira-kira lima belas menit perjalanan memakai mobil. Sesampainya di sana, langsung kuajak ke ladang yang ada di samping rumah. Lalu kutunjukkan sebuah pohon kelapa dengan blarak atau pelepahnya yang telah kering dan jatuh. Beberapa saat kemudian diambilnya sebatang lidi patah yang ada di bawah pelepah.
“ Kalau Mas yakin ini sada lanang semoga bermanfaat dan bisa menambah semangat Mas untuk melanggengkan perkawinan...” kataku sedikit memberi wejangan.
0 0 0 0 0
Sebulan kemudian, ia dan istrinya datang kembali ke rumah kami dan menceritakan kisahnya setelah mendapatkan sada lanang. Tampaknya mereka begitu gembira dan bahagia. Aku pun senang dengan keadaan seperti itu. Namun, sungguh tak kusangka ketika istrinya yang seksi, sintal, dan manis berkata:
“ Waddduhhhhh Pak..... Mas Jhoni sekarang lebih senang memelihara burung emprit ( pipit ) daripada wulung ( elang ) ” katanya dengan wajah berharap pertolongan.
“ Wah mungkin yang diambil bukan lidi pertama yang jatuh atau sada lanang? Coba tunjukkan sada lanangnya...” pintaku.
Ia pun membuka dompetnya lalu diambilnya sebuah potongan kecil dari ujung lidi dan memberikannya padaku.
“ Hlo kok ujungnya saja? Mana bongkotnya ( pangkalnya ) ?” tanyaku.
“ Wah....hla terlalu panjang gak bisa kumasukkan ke dompet lalu kupotong. Yang pangkal kuberikan sopirku dan aku hanya menyimpan ujungnya saja.......”
Istrinya tampak kaget dan ngedumel “ #@%****^=^$$$oooo++++++@@!”
“ Wah, Mas harus mencari lagi sada lanang. Tapi paling tidak tiga bulan lagi karena pelepah yang hijau baru saja saya potong untuk bleketepe,” kataku memberi penjelasan.
0 0 0 0 0
Di suatu malam, di perkampungan sempit dan kumuh, sepasang suami istri sedang berbincang mesra sambil berasyikmasyuk setelah seharian bekerja sebagai buruh.
“ Mas.... walau kamu nyopir seharian kau begitu tangguh, aku bangga kepadamu. Kau tetap lelaki jantan yang tak pernah melewatkan malam-malam yang indah denganku ....”
Sang suami tersenyum lalu dia duduk kemudian mengambil dan membuka dompetnya.
“ Nih aku punya rejeki untukmu...” katanya sambil mengulur sepuluh lembar ratusan ribu.
“ Hlo kamu sudah gajian atau dapat utangan?”
“ Hush! Aku diberi Bu Jhoni karena sering menemani berpetualang kalau Pak Jhoni sedang meeting....”
“ Kok ada biting ( lidi ) di dompetmu.....”
“ Ini jimat pemberian Pak Jhoni supaya kuat, tangguh, dan berani kalau menemani Bu Jhoni berpetualang mencari sensasi baru karena sering ditinggal Pak Jhoni......”
Sumber gambar pertama diambil dan diedit dari :
bengawanpost.com
merantionline.com
acedrive.sg
sheknows.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H