Tahun 1514, Ronggo Toh Jiwo memimpin Kadipaten Malang dengan berusaha memakmuran wilayahnya dengan lepas dari cengkeraman Mataram. Mendengar keinginan Ronggo Toh Jiwo, Mataram menjadi geram dan berusaha untuk menyerang Malang setelah memukul Madiun.
Ronggo Toh Jiwo yang sudah memperkirakan akan kejadian ini, mempersiapkan diri dengan memperkuat wadyabalanya. Namun, Ronggo Toh Jiwo sebagai seorang adipati mempunyai kekuatiran karena ia belum mempunyai wadyabala dengan pemimpin yang kuat. Selain wadyabala kecil yang dipimpin oleh putrinya sendiri yang cantik bernama Dewi Proboretno. Sekalipun seorang putri namun mempunyai ilmu kanuragan yang cukup hebat.
Panji Pulang Jiwo, seorang satria muda dari Sumenep mengikuti sayembara ini dan berhasil mengalahkan Dewi Proboretno. Panji Pulang Jiwo pun kembali ke Sumenep untuk mempersiapkan perkawinan dengan Dewi Proboretno.
Pada saat itu pula, Mataram yang dipimpin Joko Bodho berhasil mengalahkan Madiun melanjutkan serangan ke Malang. Dewi Proboretno sebagai seorang putri adipati ikut bertempur. Joko Bodho memang bodoh karena sebagai seorang panglima ia mau bertempur melawan Dewi Proboretno seorang putri adipati dan membunuhnya dengan kerisnya.
Tanpa mempedulikan keadaan Panji Pulang Jiwo yang berhasil terpancing naik ke panggung untuk merengkuh ( patung ) Dewi Proboretno. Wadyabala Mataram pun langsung menghajar Panji Pulang Jiwo hingga tewas.
- Kisah di atas memang tertulis di Babad Tanah Jawi namun tidak serinci ini. Namun menjadi kisah lesan yang turun temurun di wilayah Malang pada cerita panji.
- Ada anggapan bahwa ini merupakan sempalan ( Jawa: cerita carangan ) dari Kisah Panji. Â
- Foto-foto di atas diambil pada saat gladhi kotor persiapan penampilan para Pembina Pramuka sekolah-sekolah Katolik pada Temu Pembina di Klaten pada Senin – Sabtu, 20 – 26 Juni 2016 di Klaten, Jawa Tengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H