Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banggakah Kita Jika Para Tenaga Kerja Pulang dengan Membawa Uang Ratusan Juta?

2 Mei 2014   03:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:57 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_305374" align="aligncenter" width="450" caption="Hayo penulis yang mana...?"][/caption]

[caption id="attachment_305380" align="aligncenter" width="450" caption="Kami sekeluarga BMI. Apakah bapak bangga sekalipun kami kaya, tapi juga sering menderita..."]

1398952509489072582
1398952509489072582
[/caption]

Seorang pejabat pemerintah daerah secara eksplisit, mengatakan merasa senang karena daerahnya berhasil mengirim tenaga kerja ke luar negeri yang artinya telah menambah pundi-pundi pemasukan devisa dari sektor ini. Bagi yang kurang memahami masalah pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, tentu akan ikut merasa senang sebab salah satu anggota masyarakat telah naik peringkatnya dari warga miskin menjadi warga sejahtera dan makmur.

Bagi seorang mantan tenaga kerja di Taiwan yang kini telah sukses, pernyataan ini ternyata amat menggelitik perasaannya. Ia pun menggugat: “Ayah saya pernah menjadi TKI, kakak-kakak saya juga pernah menjadi TKI. Saya sendiri pernah menjadi BMI di Hongkong selama 6 tahun. Secara ekonomi berhasil. Upah yang saya terima bisa untuk melanjutkan pendidikan ( S2-? ). Tapi saya merasa sedih mengapa pemerintah tak bisa menyediakan lapangan pekerjaan bagi warganya sehingga kami harus pergi ke luar negeri untuk mencari nafkah dengan segala macam penderitaan yang kami alami…..?”

Seorang pria muda juga menggugat: “ Ibu anak-anak saya telah berhasil menjadi TKI di negeri orang. Tapi sampai di sana otaknya telah dicuci bersih dengan gaya hidup modern dan jauh dari pandangan tradisional negeri ini. Ia pun tak pulang. Entah kemana? Tinggal aku harus menimang anak-anakku dengan susu formula tanpa belaian kasih Ibu selain keluh kesah diriku. Aku tak sendiri. Banyak teman-temanku yang istrinya rusak alat vital dan pikirannya setelah menerima setumpuk uang dan melihat indahnya dunia modern di sana……”

0 0 0 0 0

13989498562146292154
13989498562146292154

13989498962094922568
13989498962094922568

[caption id="attachment_305364" align="aligncenter" width="450" caption="Para mantan BMI yang kini membuka usaha kecil rumah tangga."]

13989499561898980140
13989499561898980140
[/caption]

[caption id="attachment_305367" align="aligncenter" width="450" caption="Puisi TKI: Aku Rukmini seorang TKI, aku ingin putriku jadi Kartini"]

139895010619890199
139895010619890199
[/caption]

Masalah pengiriman TKI, TKW, dan BMI di negeri ini sama ruwetnya dengan permasalahan lain yang mendera negeri ini. Tak mudah menarik benang merah di antara gulungan benang ruwet dan basah yang menggulung setiap permasalahan TKI yang ada. Tarik menarik kepentingan kadang sulit menjadikan setiap permasalahan semakin sulit diselesaikan. Para TKI dan BMI pun menjadi korban. Keberhasilan secara ekonomi sepulang dari luar negeri bukan jaminan bahwa hidupnya akan menjadi lebih bahagia.

Banyak keluarga yang harus bercerai, ketika salah satu dari mereka harus bekerja di luar negeri. Perselingkuhan dan perubahan gaya hidup merupakan faktor utama yang mendasari kasus perceraian keluarga TKI atau BMI.

Keberhasilan secara ekonomi pun bagi TKW atau BMI kadang mendapat pandangan miring bahwa mereka juga bekerja sebagai pemuas nafsu para hidung belang atau majikannya.

Belum lagi mereka yang gagal secara ekonomi setelah sekian tahun bekerja tanpa membawa hasil padahal telah mengeluarkan sekian puluh juta dengan menjual ternak dan perhiasan mereka untuk mempermudah meninggalkan negeri ini.

Demikian juga para TKI yang menjadi korban perdagangan manusia oleh mereka yang betul-betul tak bermoral semakin menambah beban masyarakat dan negara.

Inilah society cost termahal yang harus dibayar para TKI dari masyarakat dengan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri.

Di sinilah perlunya sinergi semua pihak untuk mengurai dan memecahkan permasalahan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri.

0 0 0 0 0

1398950377361288790
1398950377361288790

13989504231121285768
13989504231121285768

13989504891719524943
13989504891719524943

[caption id="attachment_305375" align="aligncenter" width="400" caption="Seperti biasa sebagai budayawan ( seperti juga saya )  Mas Yongki menampilkan Nyi Puthut dalam pesan-pesannya..."]

13989508621384749835
13989508621384749835
[/caption]

Tulisan ini merupakan rangkuman penulis dari diskusi para pengurus DPW Jawa Timur Serikat Buruh Migran Indonesia, mantan TKW dan BMI, budayawan, dosen dan akedemisi, Kepala Disnakertrans, dan pengamat sosial dalam rangka Hari Buruh Sedunia.

Selain diskusi, SBMI juga mengadakan pameran foto, karya ketrampilan, buku, dan pemutaran film. dan pembacaan puisi karya para BMI

Penulis sendiri diundang oleh Mas Yongki - Ketua Dewan Kesenian Malang, selaku seniman dan guru nyentrik dan diberitahu oleh seorang kompasianer wanita dari Madiun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun