Menjelang puasa Ramadan, masyarakat tradisional banyak yang mengadakan selamatan dengan berbagai istilah sesuai dengan adat istiadat setempat. Ada yang menyebut prepegan, megengan, atau sadranan.
Selamatan ini ada yang dengan mengirim hantaran nasi dengan lauk pauknya serta kue terutama apem dan pisang.
Ada pula dengan cara kenduri singkat yang hanya diikuti dalam satu kelompok atau satu rukun tetangga. Ada pula dengan cara dikumpulkan di masjid, surau, atau langgar yang pelaksanaannya malam hari sehari menjelang puasa.


Adanya kegiatan selamatan ini berdampak pada naiknya omzet pedagang bahan makanan terutama sayur, daging ayam, telor, dan pisang. Serta bunga tabur untuk nyekar, sadranan, atau kirim doa ke makam.
Berdasarkan perbincangan penulis dengan pedagang bunga tabur di Pemakaman Samaan depan Pasar Tawangmangu, Malang dan di Pecinan Kecil omzet penjualan bisa naik sekitar lima kali lipat. Keuntungan bisa naik sekitar enam kali lipat.


Apalagi awal puasa tahun ini bersamaan dengan hari Jumat Legi yang merupakan hari sakral untuk ziarah ke makam bagi masyarakat Jawa Timur.
Demikian juga yang dirasakan pedagang bunga tabur di sisi selatan Pasar Beringharjo dan perempatan Jalan Lingkar Selatan dengan Dongkelan, Bantul Yogyakarta.
Sedang pedagang sayur, buah, telor, dan daging ayam naiknya tidak terlalu besar. Hanya sekitar dua atau tiga kali lipat. Begitu juga pedagang pisang.

Sebaliknya ada juga pedagang yang turun omsetnya, yakni pedagang kue gorengan dan kue tradisional seperti: cenil, sawut, gatot, tiwul, dan ketan bubuk. Sepi karena banyak orang mengirim kue hantaran dan nasi dengan lauk-pauknya. Syukurlah para pedagang telah mengantisipasi dengan mengurangi jumlah yang dijual.