Bekerja di tempat yang luas dan terbuka menyebabkan kepala terutama wajah terbakar sinar matahari. Â Apalagi di musim kemarau dengan sedikit mendung.
Untuk itulah para pekerja di tempat yang luas dan terbuka banyak yang menggunakan topi. Selain untuk menahan sinar mentari yang bisa membuat silau pada mata juga untuk mengurangi terik matahari yang bisa membakar kulit.
Menggunakan topi biasa atau topi rimba memang bisa menahan sinar mentari tetapi belum sepenuhnya menutupi tengkuk leher. Untuk itulah para pekerja di tempat terbuka terutama petani lebih senang menggunakan caping.
Caping bukan hanya melindungi mata dan wajah tetapi juga leher dari sinar mentari saat membungkuk kala menanam padi, menyiangi atau mencabut rumput gulma, dan memanen.
Di musim hujan, caping bisa menahan rintik air hujan saat gerimis sehingga tidak menetes di wajah dan mata. Hanya saja caping beratnya bertambah.
Bila hujan, sekali pun memakai caping para petani tidak akan melanjutkan pekerjaan. Sangat resiko disambar petir.
Bila kilat menyambar-nyambar diiringi suara guntur yang menggelegar para petani akan segera meninggalkan sawah.
Untuk menghindari sambaran petir, ada petani yang menengadah ke langit dan  berseru: "Gandrik! Aku iki putune Ki Ageng Sela..." Kemudian menangkap angin seakan menangkap petir lalu mengikat petir pada serumpun rumput. Bukan ilalang.