Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Aja Lamis (Jangan Bermulut Manis)

10 Januari 2025   09:42 Diperbarui: 10 Januari 2025   10:10 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkap layar: Kompas. id

Aja Lamis
Aja sok gampang janji wong manis yen ta amung lamis,
Becik aluwung prasaja kangmas (nimas) ora agawe cuwa.
Tansah ngugemi janjimu wingi jebul amung lamis.
Kaya ngenteni thukule jamur ing mangsa ketiga.
Aku iki prasasat lara tan antuk jampi.
Mbok aja amung lamis kang uwis banjur didis.
Akeh tuladha wong dhemen cidra uripe rekasa.
Milih sawiji ngendi kang suci tanggung bisa mukti.

* Lirik lagu tembang Aja Lamis ciptaan Ki Narto Sabdo. 

O O O

Tembang campursari karangan Ki Narto Sabdo pancen kondang saloka saendhenging Nuswantoro, mligine kanggo wong nresnani budaya Jawa.
Akeh kang ngarani tembang iki nggambarake kuciwaning kekasih jalaran dicidrani janji kang sutresna. Sapa ta ora bakal kuciwa?
Kaya dene kita kerep getun lan mung ngelus dada utawa kukur-kukur sirah kang ora gatel ngenteni janji para pamong kang seneng umuk. Yen ditagih nesu.
Panguwasa sing kudu dadi pandega malah dadi pangreh praja.

Tangkap layar: Kompas. id
Tangkap layar: Kompas. id

Terjemahan:

Jangan Bermulut Manis
Janganlah mudah berjanji (kamu yang manis) jika hanya ada di bibir.
Lebih baik bersahaja (hai kanda/ dinda) tidak membuat kecewa.
Selalu menunggu janjimu kemarin ternyata hanya ada di bibir.
Seperti menunggu tumbuhnya jamur di musim kemarau.
Aku (kami) bagai orang sakit yang tidak mendapat pengobatan.
Janganlah mudah berjanji seperti dulu yang hanya bisa menggaruk-garuk kepala.
Banyak teladan mereka yang sering ingkar janji hidupnya menderita.
Pilihlah hidup jujur maka engkau akan bahagia sejahtera.

O O O O

Tembang campursari karangan Ki Narto Sabdo seorang pujangga seni budaya Jawa sangat terkenal dan begitu melekat di hati masyarakat Jawa.
Membaca lirik dan iramanya yang cukup sendu dan melankolis seakan lagu ini hanya mengisahkan betapa kecewanya seseorang pada kekasihnya yang ingkar janji.
Mengamati dan merasakan pengalaman hidup kita, bangsa Indonesia saat ini, lagu ini bisa menggambarkan kenyataan banyak pemimpin dan aparat pemerintah yang mudah melontarkan janji.
Janji membangun kehidupan yang lebih baik, masyarakat yang sejahtera, penegakan hukum, bahkan janji secara pribadi sebagai seorang eksekutif bagi seorang pegawai namun tidak menjadi kenyataan.
Janji hanya janji. Manis madu di bibir. Pait empedu di lidah. Membuat mual di perut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun