Empat pekan masa Adven dimana umat Kristiani mempersiapkan diri untuk menyambut Natal dengan banyak berdoa, beribadah, dan menyisihkan hasil kerja untuk berbagi kepada sesama telah lewat.
Hari Natal yang dinantikan sudah sepekan lewat. Kegembiraan menyambut kedatangan Sang Juru Selamat masih bergema.
Pohon cemara atau pohon terang masih berkelap-kelip di rumah-rumah umat Kristiani, gereja-gereja, dan pertokoan serta hotel yang ingin menarik konsumen. Terutama ini terjadi di kota-kota besar di seluruh dunia.
Dalam film-film seperti Home Alone dan Sisters Act atau film tentang mafia digambarkan betapa gempita Natal hanya di dunia profan.Â
Banyak gereja hanya diramaikan oleh kelompok paduan suara dan petugas liturgi. Umat yang hadir hanya beberapa orang dan sibuk bicara sendiri di antara mereka.
Film-film hanyalah sebuah kisah fiktif. Namun tidak bisa diingkari bahwa merupakan gambaran nyata yang ditangkap penulis cerita dari masyarakat sekitarnya.
Kemeriahan duniawi yang ompong tanpa makna tampak terlihat pada kehidupan nyata banyak orang-orang yang seharusnya diperhatikan justru terabaikan.
"Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Mat 25:40)Â
Ayat suci yang seharusnya menjadi pedoman umat beriman untuk peduli sesama justru hanya menjadi kata-kata mutiara yang indah diucapkan dan didengar.
Sang Juru Selamat yang lahir dalam kesederhanaan dan dikunjungi para gembala yang menggambarkan kaum sederhana terlupakan.
Di sudut-sudut keramaian kota dan metropolitan banyak kaum papa yang bukan hanya miskin secara ekonomi tetapi juga rohani tidak ada yang peduli. Bahkan dianggap mengotori pemandangan yang harus dijauhkan dari penglihatan.
"Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." Matius 14: 16
Gambaran kehidupan masyarakat yang demikian ditangkap oleh pemahat Timothy Schmalz dari St. Jacobs, Ontario Kanada yang membuat patung Yesus sebagai seorang tunawisma yang terabaikan.
Patung perunggu tidak secara jelas menunjukkan wajah Yesus selain kaki dengan bekas luka karena paku penyaliban.
Kini, patung Yesus sebagai tunawisma di seluruh dunia ada 50 buah. Salah satunya di depan Katedral Manila, Philipina untuk mengingatkan setiap orang yang ke gereja dan yang lewat untuk peduli pada sesama.