Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tumbler, Air Minum Dalam Kemasan, dan Penjaja Minuman

6 Desember 2024   18:44 Diperbarui: 6 Desember 2024   19:17 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampanye mengurangi sampah plastik akibat menjamurnya air minum dalam kemasan (AMDK) dan makanan siap saji terus berlangsung dalam dua dasawarsa terakhir.

Kesadaran masyarakat akan bahaya plastik bagi kesehatan dan lingkungan diimbangi dengan pemakaian tumbler atau wadah air minum dan makanan yang bisa digunakan berkali-kali.

Tumbler.  | Dokumen pribadi 
Tumbler.  | Dokumen pribadi 

Maraknya pemakaian tumbler ternyata belum diimbangi dengan literasi pemakai untuk membaca petunjuk pemakaian. Di sisi lain ada produsen yang tidak mencantumkan petunjuk pemakaian. Misalnya tidak boleh diisi air panas dengan temperatur tertentu. Sehingga tumbler terutama dari bahan plastik mudah rusak. 

Plastik terkelupas tipis yang bisa menghasilkan mikroplastik yang sangat berbahaya bagi kesehatan dalam jangka panjang pemakaian.

Kecuali tumbler tersebut terbuat dari stainless.

Bawa air minum dengan tumbler. | Dokpri 
Bawa air minum dengan tumbler. | Dokpri 

Pengalaman penulis sendiri saat perjalanan jauh dengan sepeda motor, gowes, atau naik kereta api jarang berbekal air minum dengan tumbler.

Jika haus maka beli AMDK di warung atau penjaja keliling dengan alasan biar mereka laku.

Tampaknya alasan yang mengada-ada. Kenyataan mereka ini berjuang setengah mati demi keuntungan yang tidak seberapa.

Sekalipun harganya lebih mahal. Misalnya sebotol air mineral seharga 3 ribu rupiah dijual seharga 5 ribu rupiah.

Dalam sehari bisa menjual 20 botol AMDK atau 15 cup teh dingin buatan sendiri itu sesuatu yang luar biasa. Apalagi di musim hujan seperti sekarang.

Sebagai contoh pada saat ada acara wisuda di UGM dua pekan lalu seorang pedagang minuman hanya bisa menjual sekitar 20 cup es teh dan 6 botol AMDK. Itupun yang beli kebanyakan pedagang buket untuk wisudawan.

Para wisudawan dan keluarganya sudah bawa bekal sendiri.

Penjaja AMDK membeli minuman karena gerahnya cuaca. | Dokpri 
Penjaja AMDK membeli minuman karena gerahnya cuaca. | Dokpri 

Tak jauh berbeda di sepanjang Malioboro penjaja minuman keliling yang harus wira-wiri hingga kehausan sendiri dan terpaksa beli minuman pada sesama pedagang.

Kalau gowes ke sawah barulah penulis membawa bekal air minum dengan tumbler karena tidak ada warung K5.

Demikian juga saat gowes menyusuri pinggiran Bantul dari Goa Selarong - Parangtritis - Pandansimo - Srandakan - Selarong. Itu pun masih mampir ke warung sederhana yang berharap dan menunggu pembeli untuk beli AMDK atau dawet hitam, misalnya.

Senyum pejuang ekonomi keluarga. | Dokumen pribadi 
Senyum pejuang ekonomi keluarga. | Dokumen pribadi 

Warung K5 sederhana dan penjaja  minuman apa pun jenisnya adalah pejuang ekonomi sejati bagi keluarga. 

Mereka tak pernah mengeluh walau ada kabar akan ada kenaikan PPN 12%.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun