Kampanye mengurangi sampah plastik akibat menjamurnya air minum dalam kemasan (AMDK) dan makanan siap saji terus berlangsung dalam dua dasawarsa terakhir.
Kesadaran masyarakat akan bahaya plastik bagi kesehatan dan lingkungan diimbangi dengan pemakaian tumbler atau wadah air minum dan makanan yang bisa digunakan berkali-kali.
Maraknya pemakaian tumbler ternyata belum diimbangi dengan literasi pemakai untuk membaca petunjuk pemakaian. Di sisi lain ada produsen yang tidak mencantumkan petunjuk pemakaian. Misalnya tidak boleh diisi air panas dengan temperatur tertentu. Sehingga tumbler terutama dari bahan plastik mudah rusak.Â
Plastik terkelupas tipis yang bisa menghasilkan mikroplastik yang sangat berbahaya bagi kesehatan dalam jangka panjang pemakaian.
Kecuali tumbler tersebut terbuat dari stainless.
Pengalaman penulis sendiri saat perjalanan jauh dengan sepeda motor, gowes, atau naik kereta api jarang berbekal air minum dengan tumbler.
Jika haus maka beli AMDK di warung atau penjaja keliling dengan alasan biar mereka laku.
Tampaknya alasan yang mengada-ada. Kenyataan mereka ini berjuang setengah mati demi keuntungan yang tidak seberapa.
Sekalipun harganya lebih mahal. Misalnya sebotol air mineral seharga 3 ribu rupiah dijual seharga 5 ribu rupiah.
Dalam sehari bisa menjual 20 botol AMDK atau 15 cup teh dingin buatan sendiri itu sesuatu yang luar biasa. Apalagi di musim hujan seperti sekarang.
Sebagai contoh pada saat ada acara wisuda di UGM dua pekan lalu seorang pedagang minuman hanya bisa menjual sekitar 20 cup es teh dan 6 botol AMDK. Itupun yang beli kebanyakan pedagang buket untuk wisudawan.
Para wisudawan dan keluarganya sudah bawa bekal sendiri.
Tak jauh berbeda di sepanjang Malioboro penjaja minuman keliling yang harus wira-wiri hingga kehausan sendiri dan terpaksa beli minuman pada sesama pedagang.
Kalau gowes ke sawah barulah penulis membawa bekal air minum dengan tumbler karena tidak ada warung K5.
Demikian juga saat gowes menyusuri pinggiran Bantul dari Goa Selarong - Parangtritis - Pandansimo - Srandakan - Selarong. Itu pun masih mampir ke warung sederhana yang berharap dan menunggu pembeli untuk beli AMDK atau dawet hitam, misalnya.
Warung K5 sederhana dan penjaja  minuman apa pun jenisnya adalah pejuang ekonomi sejati bagi keluarga.Â
Mereka tak pernah mengeluh walau ada kabar akan ada kenaikan PPN 12%.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H