Sekalipun harganya lebih mahal. Misalnya sebotol air mineral seharga 3 ribu rupiah dijual seharga 5 ribu rupiah.
Dalam sehari bisa menjual 20 botol AMDK atau 15 cup teh dingin buatan sendiri itu sesuatu yang luar biasa. Apalagi di musim hujan seperti sekarang.
Sebagai contoh pada saat ada acara wisuda di UGM dua pekan lalu seorang pedagang minuman hanya bisa menjual sekitar 20 cup es teh dan 6 botol AMDK. Itupun yang beli kebanyakan pedagang buket untuk wisudawan.
Para wisudawan dan keluarganya sudah bawa bekal sendiri.
Tak jauh berbeda di sepanjang Malioboro penjaja minuman keliling yang harus wira-wiri hingga kehausan sendiri dan terpaksa beli minuman pada sesama pedagang.
Kalau gowes ke sawah barulah penulis membawa bekal air minum dengan tumbler karena tidak ada warung K5.
Demikian juga saat gowes menyusuri pinggiran Bantul dari Goa Selarong - Parangtritis - Pandansimo - Srandakan - Selarong. Itu pun masih mampir ke warung sederhana yang berharap dan menunggu pembeli untuk beli AMDK atau dawet hitam, misalnya.
Warung K5 sederhana dan penjaja  minuman apa pun jenisnya adalah pejuang ekonomi sejati bagi keluarga.Â
Mereka tak pernah mengeluh walau ada kabar akan ada kenaikan PPN 12%.