Musik karawitan sebagai musik tradisional Nusantara sudah selayaknya dikenalkan pada anak-anak sejak dini.
Dengan mengenal maka anak-anak akan mencintai yang membawa dampak bahwa karawitan akan tetap lestari.
Pengenalan karawitan pada anak-anak bukan hanya tanggungjawab masyarakat dengan adanya sanggar dan padepokan seni.Â
Sekolah sebagai komunitas pendidikan juga mempunyai tanggungjawab untuk melestarikan karawitan sebagai bagian budaya nasional yang adiluhung.
Tanggungjawab sekolah bukan hanya mengenalkan perangkat dan namanya belaka tetapi juga secara intensif memberi kesempatan para siswa untuk berlatih secara langsung.
Tentu saja juga berlatih tembang-tembang dolanan atau lagu-lagu tradisional anak-anak yang sederhana. Misalnya Sluku-sluku Batok, Kupu Kuwi, dan Mentok-mentok.
0 0 0
Seperti halnya bermain musik dan orkestra, demikian juga memainkan karawitan dengan perangkat gamelan yang bermacam-macam rupa akan melatih dan membentuk karakter yang positif.
Disiplin, sabar, mau kerjasama, lembut, dan tenang akan terbentuk dengan berlatih menabuh gamelan dengan bimbingan guru atau pembina yang sabar dan telaten.
Sangat bersyukur banyak ditemui SD, SMP, dan SMA yang mengadakan ekstrakurikuler karawitan.
Di Malang di antaranya SDK St. Yusup 2, SDK St. Yusup 3, SDK Cor Jesu, SMPK Kosayu 1 dan 2 serta SMAK Kosayu, SMPK Frateran, SMPK Sang Timur Batu dan Malang.Â
Banyak juga SMP dan SMA Negeri yang mempunyai perangkat gamelan.
Malang yang mempunyai seni tradisional wayang topeng dari kisah Panji tentu tidak kalah dengan sekolah-sekolah yang ada di daerah Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo, dan juga di daerah Jawa Tengah serta Yogyakarta.
Musik karawitan sudah selayaknya dilestarikan lewat sekolah sejak tingkat sekolah dasar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H