Ada dua jenis bubur yang dikenal masyarakat, yakni bubur sebagai penganan dan bubur sebagai makanan pokok. Bubur sebagai penganan, misalnya bubur ketan hitam, bubur kacang hijau, bubur mutiara, dan bubur merah putih.Â
Bubur merah putih dalam budaya Jawa disebut jenang abang jenang putih yang banyak disajikan saat ada ritual tradisional. Misalnya hari ulang tahun atau metri weton, bersih desa, selamatan kelahiran, atau peletakan batu pertama membangun gedung dan rumah. Masyarakat Jawa tradisional bubur merah putih ini yang paling banyak dikonsumsi karena alasan di atas.
Bubur sebagai makanan pokok, misalnya bubur ayam, bubur gudeg, dan bubur Manado. Bubur gudeg disebut demikian karena dijual, disajikan atau disantap bukan dengan nasi tetapi bubur beras putih. Bubur berasnya rasanya tawar tanpa garam atau gula.Â
Bubur gudeg dan bubur Manado sekalipun sudah banyak dikenal tetapi penjualnya masih terbatas. Bisa jadi karena konsumen juga terbatas. Misalnya bubur gudeg lebih mudah didapat di pasar tradisional daripada di kafe, rumah makan, dan restoran. Bubur ayam paling mudah didapat, mulai di pasar tradisional, pedagang K5, pedagang keliling, kafe, restoran, dan hotel.Â
Bubur sebenarnya tak beda jauh dengan jenis masakan berkuah yang lain. Maka cara menyantap tentu lebih nikmat dengan cara diaduk dahulu agar bumbu, kuah, sayur, dan lauk atau irisan daging bisa tercampur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H