Setangkup roti disajikan seorang gadis.
Cantik, berambut pirang berwajah bulat telor.
Dengan tersenyum ia menaruh nampan di atas meja teraso bulat.
Bapak sendirian, ia bertanya begitu.
Kujawab hanya dengan senyuman tanpa memandangnya.
Kalo kurang rasa tehnya bisa ditambah menurut selera, tambahnya.
Cukup, kataku sekenanya tanpa mencicipi.
Lalu ia kembali ke meja barista.
Membersihkannya sambil melirik keluar di depan pintu kafe yang tidak tertutup.
Seorang perempuan paruh baya duduk di atas jok motor tampak tersenyum padanya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!